Showing posts with label Sekedar Ocehan. Show all posts
Showing posts with label Sekedar Ocehan. Show all posts

MENIADAKAN KEBERADAAN

2

Ada saatnya berhenti sejenak dan merenungi apa yang telah terlewati serta meniadakan keberadaan di mata manusia untuk kurun waktu yang hanya dapat di pastikan dengan hasil perenungan yang telah di laluinya sendiri, adalah sebuah pilihan.

Melangkah pergi dari satu peristiwa yang tak mampu kita hadapi bukanlah melarikan diri ataupun  merasa kalah, tetapi ini adalah sebuah pilihan yang tentunya di landasi oleh pemikiran matang buah dari perenungan.

Waktu terus bergulir, begitupun hidup, harus terus berjalan walau banyak persinggahan yang menggoda untuk disinggahi dalam waktu yang lama. Tetapi tujuan hidup menjadi priorias utama, walau pada kenyataannya apa yang kita impikan atau kita harapkan ternyata tidak tercapai, setidak-tidaknya telah melakukan suatu usaha untuk menggapainya terlebih dahulu.

Ada kalanya kita tidak perlu terlalu memaksakan untuk menjadi juara dalam segala perlombaan hidup ini, setiap manusia memiliki batasan-batasan dalam menghadapi beberapa episode kehidupan yang di laluinya. Hukum alam selalu tidak dapat di duga dan tidak dapat di lawan walau dengan pengorbanan mencecerkan darah dalam menghadapinya.

Tuhan, selalu mempunyai rencana yang sangat indah untuk semua ciptaannya. Memaksakan suatu kehendak hanya akan mengurangi atau bahkan menghancurkan keindahan rencana Tuhan untuk kita.

Aku akan meniadakan keberadaanku. Mengambil langkah ini tentunya aku sudah berfikir dengan sangat matang dan terencana agar tidak terjebak dalam suatu peristiwa yang hanya akan membuat perjalanan episode kehidupanku terhambat atau bahkan tidak membuatku menjadi berkembang. Sedang mimpi masih banyak yang belum tercapai dan masih banyak keinginan yang belum tergapai.

Menghindari perdebatan yang hanya akan menghasilkan ketersia-siaan, menutup rapat-rapat kemungkinan akan bocornya suatu angkara murka, dan menjauhi bara api dendam yang belum pasti terpadamkan adalah cara terbaik agar tidak menimbulkan korban-korban dampak suatu kekonyolan. Dan tentunya ini  langkah yang jauh sangat lebih bijaksana, bila kita masih mau me-manusia-kan diri kita.

Walau sudah tidak menjadi penting, tetapi kata maaf selalu akan menjadi pemanis walau  pengungkapannya dengan cara yang sangat menyedihkan dan waktu yang sangat tidak tepat. Tetapi karena aku manusia, maka aku tidak akan menghilangkan ke-manusia-an yang aku miliki. Dan dengan ini aku pun meminta maaf  tak terhingga kepada semua untuk semua yang terugikan baik secara inmaterial maupun material serta secara sengaja ataupun  dengan ketidak-sengajaan atas keberadaanku selama ini.

Semua sudah berakhir dan pasti ini yang terbaik. Mulai saat ini aku meniadakan keberadaanku. Maaf...


Salam Duka,
adiindie

SAYA DI MATA SAYA DAN SEBAGIAN ORANG

0

Ada beberapa kawan yang sangat perhatiannya terhadap kehidupan yang saya jalani bertanya langsung kepada saya, "Sampai kapan kamu jalani kehidupan yang seperti ini? Kamu gak ingin seperti yang lain, bekerja di kantoran atau sejenisnya, dan sukses ..."
Ada juga beberapa kawan yang kurang perhatian menjadikan episode kehidupan saya sebagai bahan rumpian dan parahnya menjadi sebuah cibiran, "Huh, orang seperti dia itu ciri-ciri orang yang tidak punya masa depan!"
Busyet!

Memang, saya akui usia saya sudah seperempat abad lebih, kehidupan yang saya jalani sekarang mungkin terlihat atau terkesan sangat santai, tidak punya pekerjaan tetap.
Pekerjaan tetap yang dimaksud disini adalah menjadi pegawai tetap di sebuah perusahaan atau instansi. Entah itu menjadi pegawai di suatu kantor perusahaan sabun colek, pegawai atawa buruh di suatu pabrik sendal jepit, atau syukur-syukur jadi PNS biar dapat pensiunan yang bakal mendapatkan jatah lima liter beras kantor tiap bulannya.

Kadang yang suka jadi pertanyaan saya adalah, "Apa iya orang sudah absah di bilang bekerja itu kalau sudah bekerja di kantoran, pake kemeja yang di setrika sedemikian licinnya, pakai dasi, sepatu pantopel yang terbuat dari kulit atau paling tidak terbuat dari kalep yang di semir kinclong.
Bangun jam lima pagi, mandi dan sarapan seadaanya lalu keluar rumah menuju tempat kerja setelah sebelumnya berjibaku dengan kemacetan jakarta sambil berharap-harap cemas tidak telat absen sampai tempat kerja. Keluar dari tempat kerja jam lima sore (kalau tidak lembur), pulang menuju rumah yang lagi-lagi harus berurusan lagi dengan kemacetan jakarta yang semakin menjadi. Sewaktu di rumah masih di ribetkan lagi oleh tugas-tugas di tempat kerja yang belum terselesaikan dan juga kerjaan rumah. Belum lagi kepikiran sama omongan atau omelan atasan tentang kinerja kita, dan bla.. bla.. bla...
Begitu pengulangan di tiap harinya dan juga begitupun dengan bekerja sebagai karyawan atawa buruh atau juga menjadi PNS.

Dengan satu tujuan pasti: mendapat gaji minimal UMR di tiap bulannya dan entah mendapatkan bersih berapa ditiap bulannya setelah di potong biaya operasional harian seperti transportasi, makan, dan rokok bagi yang merokok. Bayar cicilan ini itu, beli ini itu, syukur-syukur ada sisa buat menabung...

Apesnya, karena saya tidak 'bekerja' sesuai dengan yang dikatakan diatas, jadilah saya sebagai bahan pergunjingan oleh sebagian orang-orang yang merasa mengenal saya, baik yang sudah mengenal cukup lama ataupun yang baru mengenal saya, itupun kenal karena mendapat cerita dari bisik-bisik tetangga.
Dalam hati saya selalu berfikir, "Sebegitu parahnya kah kehidupan saya ini? Dan sejauh manakah mereka mengetahui kehidupan saya dengan ke-soktahuan-nya itu?"

Sekarang, saya memang tidak punya penghasilan tetap, tapi toh saya tetap berpenghasilan. Lha, saya bersyukur masih bisa makan di tiap harinya, bisa bayar angsuran sesuatu yang saya ambil lima tahun yang lalu, bisa menabung untuk modal berkeluarga nanti, bisa beli ini beli itu serta yang lainnya, sama seperti sebagian orang yang lainnya.

Dari mana saya bisa memenuhi itu semua? Saya pun bekerja (walau bukan pekerja tetap) dengan otak dan keterampilan yang Tuhan berikan kepada saya dan menghasilkan pundi-pundi rupiah dan dollar.
Terpaksa saya ceritakan ini kepada khalayak yang merasa jengah dengan pola kehidupan saya. Karena pada akhirnya saya pun menjadi jengah terhadap gunjingan tak bermutu itu (yang sebenarnya tetap tidak merugikan saya secara langsung).

"Tapi kan penghasilan dari pekerjaan kamu itu tidak menentu!" Kata sebagian orang berusaha menepis argumen saya.

Penghasilan saya memang tidak tetap, tetapi seperti yang saya bilang diatas, saya masih tetap berpenghasilan dan sangat bersyukur karena dapat memenuhi segalanya. Pekerjaan saya memang tidak menentu, tapi saya dapat menentukan bahwa apa yang saya kerjakan tidak akan menghentikan episode kehidupan saya.

Memangnya ada jaminan, jadi pegawai tetap akan tetap jadi pegawai tetap selamanya? Tidak akan ada PHK walau Perusahaan bangkrut? Tidak akan ada pemecatan karena ada ketidak-sengajaan berbuat kesalahan fatal dalam bekerja? Tidak akan ada keterpaksaan mengundurkan diri karena gencetan dan sikut-sikutan oleh rekan kerja? Tidak akan memble sambil menunggu bekerja lagi karena sudah ketergantungan oleh pekerjaan sebelumnya? Dan kemungkinan-kemungkinan lainnya.

Begitulah saya di mata sebagian orang.

Setiap orang  bebas berpendapat dan saya rasa sehebat apapun orang berargumen menyatakan pendapatnya masing-masing, saya harap harus berusaha tahu diri dan berusaha menjadi bijak bilamana pendapatnya dapat terpatahkan dan terbantahkan oleh argumen pendapat dari yang lainnya..

Salam hangat,
adi

Serupa Tapi Tak Sama

0

Banyak yang kutemukan disini, coki
serupa tapi tak sama...

Disini, aku dapat melihat dan merasakan kesegaran dua buah gunung, coki
ada gunung salak dan gunung pangrango yang berdampingan
aku dapat menikmatinya di pagi dan sore hari, terasa dekat dari rumahku, coki
Disana, aku juga sering melihat dan merasakan kesegaran 'dua gunung kembar', coki
bedanya aku lebih sering menikmatinya di malam hari, coki

Disini, saat aku bermain di belakang rumah, yang kebetulan adalah sawah dan setengah hutan
aku terkadang melihat kadal dan biawak yang berlari diantara semak-semak, coki
Disana, aku juga sering melihat 'kadal dan biawak' yang sangat pintar berbicara berputar-putar
dan dengan mudah mengelabui beberapa orang manusia, coki

Disini, di taman dekat dengan rumahku, coki
aku beberapa kali melihat kupu-kupu dengan berbagai warna keindahan sayapnya
berterbangan bebas dari satu bunga ke bunga yang lain, coki
Disana, aku juga beberapa kali setiap pulang malam sering melihat 'kupu-kupu'
yang berterbangan di malam hari, coki
hinggap di kendaraan yang satu ke kekendaraan yang lain, dan dari satu hotel ke hotel yang lain

Disini, aku dapat melihat beberapa ekor sapi yang di gembalakan di lahan kosong yang di penuhi rumput
dan ilalang oleh penduduk kampung di pinggir perumahanku, coki
Disana, aku juga sering melihat 'sapi-sapi' yang di gembalakan oleh sang waktu
yang kegiatannya sama persis yaitu makan dan tidur, makan dan tidur..

Haha,
Ternyata tak ada bedanya disini dan disana, coki
tapi aku puas, coki
bisa melihat semua itu, aku menikmatnya tanpa harus menjadi pusing, coki
kau harus tau, coki, kehidupanku tak pernah terganggu oleh semua hal yang melintasiku
ku nikmati semua yang kudapatkan di hari ini tanpa harus mencaci walau seaneh apapun, coki

Sudah dulu, coki
lain kali kuceritakan lagi petualanganku di kota seberang,
hanya untukmu, coki
sahabat imajinasi sejati saat ku meng-onani khayalanku..


Cikarang 24April2010

Akhir Sebuah Cerita

0

waktu terus berlalu
seiring langkahku yang coba tuk lewati hari demi hari


Enam tahun berlalu dengan sangat cepat dan tak terasa sudah terlalu banyak peristiwa terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan demi perubahan pun berlarian dari waktu ke waktu. Bahagia, cinta, airmata dan darah pun telah mewarnai apa yang pernah terjadi tanpa ada sesuatu yang bisa menghalanginya. Tapi tidak ada alasan apapun untukku hentikan langkah kakiku ini, perjalanan masih amat sangat panjang. Walau nafas tersengal masih banyak persinggahan dari mimpi-mimpi ini yang belum tersinggahi. Dan lagi-lagi tak ada alasan apapun yang dapat menghalangi hidupku dalam menggapai semua persinggahan dari mimpi-mimpiku ini - kecuali Sang Pemilik Nyawa ini mengambilnya dari hidupku.

kadang ku tak mengerti semua yang terjadi
semua saling merindukan saling melupakan


Terkadang tetap masih terngiang pertanyaan yang belum pernah bisa terjawab sampai saat ini; mengapa satu cinta yang sangat hangat membara yang telah dibina berjuta-juta tahun bisa menjadi perang yang berdarah-darah hanya karena satu hari kesalahan? Apakah sebegitu dahsyatnya amarah karena kekecewaan itu, serupa lahar yang menggilas habis apa yang dilewatinya tanpa pandang bulu dan melupakan segala yang pernah ada. Begitu cepatnya rasa kerinduan itu berlalu dan begitu membaranya amarah itu hingga melupakan segalanya dan menyisakan luka yang terus menerus berceceran tanpa pernah berhenti. Begitupun juga denganmu, hai kekasihku.

tak kurasa lagi hangat peluk disini
tak ku dapat lagi belai kasih disini


Pada akhirnya engkau berlalu dari kehidupanku, bahkan bakal kehidupan yang telah kita sketsa dengan senyuman disaat kita bersama juga telah kamu lupakan. Kau nikmati hidupmu dengan terus mengikuti arus deras emosi yang mengalir entah kemana. Dan tak pernah mau menengok ke belakang lagi, bahwa aku masih ada di sini bersama cuil harapan akan kebahagiaan yang sering kita lebur bersama --dulu.

waktu terus berlalu membawa diriku
dalam suka dalam duka menangis dan tertawa


Tapi kini semua telah berlalu, seiring berlalunya waktu meninggalkan masa kemarin. Tak akan ada  lagi impian setelah ini yang dulu sering kita khayalkan bersama sambil menatap bintang-bintang. Tak akan ada lagi canda dan tawa yang riang dan gelora asmara beradu peluh.

tak ku dengar lagi suara tawa disini
tak ku lihat lagi senyum kecil disini
ku tertawa dan menari raing gembira
ku tertawa dan bernyanyi . . .


Pastinya, harus ku kubur dalam-dalam semua yang telah terecap. Cinta, kerinduan, kebahagiaan, senyuman, kecupan, pelukan, perhatian, candan tawa, cemburu, duka, perdebatan, sakit hati, emosi, dusta, dan segala perasaan yang pernah berkecamuk saat kita ada berdampingan menapaki hari-hari ceria dan hari-hari kelam. Yang berlalu biarlah berlalu dan mencoba menutup harapan akan kembalinya perasaan yang dulu kembali terulang agar tidak kembali terulang apa yang telah menjadi akhir percintaan kita..

apa yang kini kurasakan
tak ada tak ada lagi yang pergi datang kembali
yang hilang akan tetap hilang


Aku berusaha menghargai keadaan, walau tetap saja ada di salah satu sudut hatiku yang menentang kejadian dimana aku akan merasakan sesuatu yang menggangu di hati ini. Sesuatu yang berdesir, terkadang perih, terkadang sangat tersiksa. Tapi satu episode cinta telah berlalu dan menyisakan luka, sedangkan aku tidak dapat berbuat apa-apa..

tak ku dengar lagi tak ku lihat lagi
tak ku rasa lagi tak ku dapat lagi


** Bagian yang Hilang - Funky Kopral

Anjing Manis dan Pisau Dapur

2

Terasa lucu,
saat anak kecil itu bernyanyi tentang anjing
dengan ekspresi yang ceria dan sesekali menirukan suara gonggongan,
guk..gukk.guukk..

Terasa syahdu,
saat gadis manis itu bercerita tentang anjing miliknya
yang selalu menantinya di halaman rumah,
kemudian berlari, melompat dan memeluknya ketika ia membuka gerbang rumah
setiap kali ia pulang sekolah.

Terasa mengagumkan,
saat aku menonton bebarapa film tentang anjing
yang berkisah tentang kesetiaan dan pengorbanan sang anjing kepada tuannya.

Terasa mengharukan,
saat guru mengajiku bercerita kisah lampau
tentang seekor anjing yang kehausan di padang pasir dan diberikan minum oleh seorang pelacur
yang kemudian menghantarkan seseorang itu ke dalam syurga karena amalannya tersebut.

Tetapi ada sesuatu yang aneh,
saat dia menyebut kata anjing di hadapanku denga ekspresi yang sinis dan penuh dendam
yang akhirnya membuatku kehilangan kendali,
dan menancapkan pisau dapur tepat di jantungnya.

Arrgghhh...

Senandung Hidup

5

Selalu saja ada hal baru yang tak dapat diperhitungkan sebelumnya,
jatuh terpuruk disaat dan waktu yang tidak tepat.
Banyak kejadian-kejadian yang tidak pernah dapat dipahami sebelumnya,
dan menjadi suatu petaka dikemudian hari.

Menjadi salah karena selalu menjadi yang disalahkan,
menjadi kalah karena selalu saja [dibuat keadaan seolah-olah] menjadi orang yang kalah.

Banyak manusia yang tiba-tiba saja menjadi seperti pahlawan,
sok menguasai dan mengendalikan keadaan
dan memastikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Seolah telah mengertikan semua kejadian-kejadian manusia adalah wajar adanya.

Pada akhirnya,
setiap nasihat menjadi seperti tipu muslihat yang siap menjilat,
setiap sentuhan menjadi seperti hunusan pedang yang siap ditancap.

Aku?
Harapan akan peng-andai-an selalu ada
tetapi hanya menghasilkan khayalan dan lamunan semu
Dunia tidak dapat diputar,
maka aku tidak akan pernah mengharapkannya
apalagi berkhayal akan memimpikannya
Dunia seperti apa yang meng-ada sekarang,
dan aku hanya bisa menjalaninya tanpa harus melawan arus alam
dan segala hukum-hukumnya
--karena melawan hanya membuahkan ketersia-siaan.

Keluarga, saudara, kekasih, sahabat, teman,
dan apapun status yang ada
tetap akan menjadi diri mereka sendiri
tanpa bisa menyatu dan melebur menjadi diriku

Pada akhirnya,
aku telah memutuskan akan menjalani semua ini
tanpa harus mengharapkan apapun dari apa yang akan aku lakukan;
menjadi buas serupa harimau lapar dan melahap semua santapan terdekat
merasakan perih serupa srigala malam yang meraum menyayat
saat terjerat perangkap penjahat dan merasakan sakit sendiri

Berikrar;
akan aku rangkul semua iblis di jagad raya
dan tidak pernah menjadikan sebagai musuh
tetap menjadikan malaikat ada
dan mensahihkan kebenarannya

yang nyata tetap menjadi nyata dan berbentuk seperti nyata adanya
yang halus tetap menjadi halus dan tak berbentuk seperti ghoib adanya

Manis, perih, cinta, kebiadaban, suka, penderitaan
hanya sebuah rasa, sebuah kecapan yang akan hilang
bila meminum seteguk perjalanan di hari esok
tidak akan aku buat menjadi pengaruh yang berarti
dikehidupanku yang akan terjadi nanti.

Saat kalian selesai membaca barisan kata-kata terlaknat ini
akan aku pastikan bahwa semuanya akan berubah
menjadi seperti yang tak pernah terbayangkan oleh kalian
-begitupun denganku.

Percayalah...


Durensawit,
Minggu 17012010 - dini hari 00:27

Khayalan Tentang Duka

4

Dan bila kau harus pergi jauh dan tak kembali
Ku akan merelakan mu bila kau bahagia
Selamanya.. disana.. walau tanpaku

Cepat atau lambat, kita pasti akan pergi dan memang harus pergi.
Entah dalam waktu yang sesaat atau berkepanjangan, bukan karena terpaksa pergi tetapi ada saatnya kita memang harus pergi tanpa harus beralasan atau pura-pura punya kepentingan untuk pergi. Begitupun dengan dirimu, kekasih.
Kamu tidak perlu pusing mencari-cari alasan untuk pergi jauh menghindar dariku, karena aku tidak akan menanyakan alasan mengapa kamu kini pergi dari kehidupanku.
Saat aku mengenalmu, berani menjamah hari-harimu dan menyatukan gumpalan asmara kita
saat itu pula aku telah menyisakan ruang untuk kehilanganmu. Tak pernah terpisahkan, perjumpaan adalah awal dari perpisahan.

Ku akan mengerti cinta dengan semua yang terjadi
Pastikan saja langkahmu tetap berarti

Aku tidak akan bertanya tentang mengapa apalagi harus menyudutkan hidup, apa yang ada dan apa yang terjadi aku yakin sudah ada alurnya. Apa yang telah terjadi sejak aku terlahir dari kemaluan ibu-ku hingga nafasku di hari ini, sudah milyaran kejadian yang aku alami, bermacam-macam kegembiraan dan kesedihan telah aku dapatkan, goresan penyesalan selalu ada tapi tak pernah aku jadikan kambinghitam untukku terpuruk.
Aku juga mengertikan keadaanmu kini dan memahami apa yang telah menjadi kehendakmu.
Dan berdo'a dalam secuil hati yang masih tersisa kesucian; Jadilah yang berarti..

Bisakah aku tanpamu sanggupkah aku tanpamu oo...

Aku akan tetap ada menjadi diriku sendiri, selalu bertahan menjalani paruh hidup. Sendiri, berdua atau bertiga bagiku tidak ada masalah, selama aku bisa menjadi sesuatu yang berarti..

Sehangat pelukan hujan saat kau lambaikan tangan
Tenang wajahmu berbisik Inilah waktu yang tepat tuk berpisah
Selembut belaian badai saat kau palingkan arah
Jejak langkahmu terbaca Inilah waktu yang tepat tuk berpisah

Perpisahan memang menjadi sesuatu yang sangat menyakitkan, tapi aku mencoba selalu bersyukur bisa menikmati perpisahan, karena bila tidak ada perpisahan aku rasa tidak akan pernah mungkin ada pertemuan, --antara aku dan kamu.
Sepuluh atau sejuta tahun hanya sebuah waktu, saat perpisahan terjadi aku selalu siap dengan segala dampak yang akan terjadi nanti. Entah kerinduan yang pedih, kenangan yang menyayat, tapi aku rasa perasaan itu akan bisa terobati dengan penggalan kenangan keindahan tentang kita yang selalu aku simpan dalam sudut hatiku yang memang terkhusus untukmu.

Ku akan pahami cinta
dengan apa yang terjadi
Pastikan saja mimpimu tetap berarti

Baik dan buruk yang kita dapat dikehidupan ini, semua pasti dapat kita pahami. Karena kita terlahir sebagai manusia, yang pasti akan mendapatkan kisah-kisah unik ditiap jalan yang kita tapaki. Kupahami kamu karena aku mencintai jiwamu --dan bukan hanya ragamu. Kupahami keadaan ini karena aku menyayangimu dengan segala keadaaanmu --dan keapaadaanmu.

Aku tak pernah mengharap kau tuk kembali saat kau temukan duniamu
Aku tak pernah menunggu kau tuk kembali saat bahagia mahkotamu
bila kedamaian selimuti
jangan kau kembali...

Bahagia, duka, cinta, lara. Tiap kita punya hak untuk menerima dan menepis semua itu, karena apa yang kita dapatkan dan kita rasakan, tetapi tetap hanya kita sendiri yang merasakannya dan keturutsertaan oranglain hanya sebagai luapan apa yang kita dapat. Kebahagiaanmu tetap seutuhnya milikmu dan kebahagiaanku juta tetap seutuhnya milikku. Duniamu akan tetap ada, walau denganku atau tanpaku ada disampingmu. Begitupun sebaliknya denganku. Terimalah apa yang telah menjadi kehendakmu dan akupun akan menerima apa yang telah menjadi kehendakku..


Dan cinta kita?? ahh, aku berkhayal lagi tentang perpisahan kita.
Maafkan imajinasiku sayang...


selasa malam,
241209 : 21.17-22.27


* Diambil dari lagu so7 -waktu yg tepat untuk berpisah.


Mimpi-mu & Bahagia-ku

3

Bunda, 
perjalanan ini sangat melelahkan, tapi aku selalu teringat pesan-mu bahwa semuanya akan baik-baik saja, selama apa yang kita inginkan adalah benar --bukan sesuatu yang mustahil.

Bunda,
sampai detik ini aku masih bertahan, dan berusaha mampu untuk bertahan menelusuri jejak langkah yang telah ditapaki orang terdahulu "aral adalah bunga kehidupan, bersahabatlah dengannya --maka ia tak akan menjadi bahaya bagimu" itu katamu disela dekapanmu saatku melemah --akan hidup.

Bunda,
mimpi-mu akan aku masih jauh dari pencapaian tapi senyuman yang selalu aku dapat, saat Kau bertanya, "Bagaimana kau kini, anakku?" Ahh, senyum itu selalu wangi --walau guratan tua diwajah-mu makin menjadi.

Bunda,
waktu berlari sungguh cepat, semakin ku kejar semakin cepat waktu berlari tapi tetap akan ku-kejar walau harus berlari sejauh mungkin, dan akan aku kejar walau sampai renta.

Bunda,
mimpi-mu akan aku hanya satu, Melihat aku Bahagia dan mimpi-ku juga hanya satu, Melihat Kau Bahagia...

Bunda,
tiga pulau sudah aku tapaki untuk mengejar cita-cita dan menggapai mimpi-mu dan mimpi-ku Kini aku sedang mempersiapkan menuju pulau ke-empat dan ke-lima

Lagi, restui dan do'akan aku bunda agar tercapai apa yang telah menjadi keinginan kita bersama.

Bunda, Aku pamit...



Jum'at Pagi 20102009

Senandung Pengkhianatan

4

kita sama-sama tau,
bahwa kemunafikan kita adalah sama
semua kesenangan kita adalah semu
walau beriringan dengan gelora yang membara

memang,
kita tidak pernah alpa akan siapa aku
siapa juga kamu
dimataku, dimatamu, dimata mereka
dan terutama dimata dia

selalu,
setelah berkelakar dengan liur
bercanda dengan peluh
dan aku terjaga dgn mata terpejam

setelahnya aku tersadar,
ternyata aku harus tahu diri
bahwa berkhayal berkhianat denganmu
adalah salah!

hhfff**

Aku Masih Ada...

4

ren,
dalam remang kamarku yang sumpek dan pengap tanpa ada ventilasi udara
dan bau bacin yang keluar dari sampah berbagai makanan basi yang teronggok di tempat sampah yang entah dari kapan ada dan tak terbuang.
tapi aku masih disini.

ren,
tidak perlu aku beri tahu bagaimana kabarku kini,
karena aku tidak mampu menuliskan bagaimana keadaan yang aku alami
dengan uraian kata-kata yang tak mampu aku tulis dengan benar
aku tidak bisa membohongi diriku, ren
kata-kata tidak bisa menggambarkan keadaanku yang sebenarnya.

ren,
entah sudah berapa waktu aku lalui tanpa pernah sinar matahari menyentuh kulitku
apalagi senja, aku sudah lupa bagaimana senja yang sering di elu-elukan keindahannya.
tapi aku masih bertahan disini, ren
dikamar dengan kesendirian tanpa udara.

pffhhh...

ren,
malam ini aku kembali hadir, bukan untuk merintih tentang duka
bukan pula untuk bercerita tentang luka yang akan menimbulkan pertanyaan;
ada apa?
malam ini aku kembali hadir, dan akan ada untuk malam-malam berikutnya
mencoba berkisah kembali tentang apa yang aku berkelebat di fikiranku,
tentang apa saja.

ren,
kamu harus tau;
Aku Masih Ada...

kembali...

3

ijinkan aku kembali datang,
memuntahkan cerita dalam kata-kata seadanya
tentang kejadian yang telah lalu,
pengembaraan menjelajahi bukit-bukit waktu dengan mata terpejam

dan (juga) tentang khayalan yang akan aku bisikan melalui kata-kata kepadamu...


tunggu ya...

Istirahat Sejenak

9

aku memang harus berhenti,
menghentikan sejenak segala kegiatanku didunia ini.
biarkan aku dengan penat ini,
silahkan mencaciku dengan sebutan pengecut
juga sumpah serapah tentang kelemahan dan ketidakberdayaan
tapi aku akan tetap dengan adanya menjadi diriku.

jangan bertanya denganku,
tentang kisah dulu tentang lantang kata SEMANGAT
yang dulu sering aku teriakkan kepadamu
setiap kali kita bertemu dan berpisah beberapa saat
jangan tanyakan dimana SEMANGAT itu berada kini

biarkan aku dengan jeda ini
aku ingin menikmati semuanya
dengan segala ketenangan dan atau kegelisahan yang aku rasa,

biarkan aku sendiri...

Gapai Bahagia

8

Nun Jauh di sana, bertahun-tahun yang silam, di sebuah kota kecil di India kuno, terlihatlah seorang pemuda sedang duduk termenung dekat sebuah taman, raut wajahnya penuh dengan ketidakbahagiaan, penuh kesal, dan mulutnya tak berhenti-henti mengeluarkan suara-suara keputusasaan.

Tak jauh dari tempat pemuda tadi, terlihat seorang kakek yang lanjut usia, sedang mendatangi pemuda tadi, melihat wajah pemuda yang begitu acuh akan kehadirannya, bertanya lah dia:
“Apa yang sedang kamu pikirkan wahai pemuda, kenapa aku melihat wajah mu penuh dengan kekesalan?”
“Dimanakah aku harus mencari kebahagiaan, kenapa aku tidak dapat menemukannya?” Jawab pemuda tadi tanpa menoleh ke sang kakek yang lanjut usia.
“Oh...kalo kamu ingin mendapatkan kebahagiaan, tangkaplah capung yang berterbangan di taman disamping mu itu, dan bawalah kepada ku, maka akan aku beri jawaban mengenai kebahagiaan setelah itu” sahut kakek tersebut.

Dengan wajah malas, dan langkah gontai, diikuti permintaan kakek tersebut, pergilah pemuda tadi ke taman tersebut, dan mulailah dia menangkap capung yang diminta sang kakek, namun sudah sekian lama mencari capung tersebut, tidak satupun capung yang dia dapatkan.
Dia pun mulai berusaha dengan keras, berlari kesana kemari, tanpa tentu arah, di tabraknya rumput-rumput yang menghalanginya, dengan nafas yang terengah-engah, dia terus menangkap tanpa memperdulikan apapun yang ada didepannya, namun tetap saja tidak ada capung didapatnya.

Sang kakek yang memperhatikannya dari jauh, langsung mendekatinya, dengan tersenyum dia pun berkata:
“Begitukah engkau ingin mendapatkan kebahagiaan? dengan berlari tanpa tentu arah, menabrak apapun yang ada didepanmu, merusak rumput-rumput dan membuat capung-capung itu menjauhi mu? “
“Anak muda, mencari kebahagiaan sama dengan menangkap capung, semakin engkau ingin meraihnya, semakin dia menjauhi mu, ingat kebahagiaan itu bukan benda yang berwujud, dan bukan untuk dimiliki, kebahagiaan hanya bisa dirasa oleh hati” Lanjut sang kakek.

Sang kakek pun mendekati taman dan tanpa susah payah ditangkap sebuah capung dari taman tersebut “Untuk mendapatkan kebahagiaan, harus menggunakan hati. Dengan hati yang bersih, maka kebahagiaan akan datang dengan sendirinya. Selama hati mu penuh dengan ambisi untuk mendapatkan kebahagiaan, sesungguhnya kebahagiaan itu sendiri dengan sendirinya akan menjauh dari dirimu, mengertikan engkau anak muda” kata kakek tersebut sambil tersenyum kepada pemuda tadi.
“terima kasih kek, aku telah mengerti” Sahut pemuda tadi dengan wajah yang riang.

Kawan,
Kebahagiaan bukanlah target yang harus kita capai, namun kebahagiaan adalah buah dari perbuatan baik kita. Dengan hati yang tulus dan menghargai semua proses hidup yang kita lalui dengan suka cita, niscaya kebahagiaan sudah adalah dalam diri kita. Namun seperti menangkap capung, semakin kita berlari tanpa arah, dengan ambisi untuk mendapatkan kebahagiaan, maka kebahagiaan akan menjauh dari kita. Jangan hanya bisa mengeluh, namun hargailah waktu kita sekarang ini, karena kebahagiaan akan menjadi milik orang yang menghargai hidup...

Sandarkan Sejenak

11





Selalu ada yang beda,
di setiap perjalanan waktu yang aku lalui
selalu saja,
warna-warni kehidupan memuncratkan keindahannya
yang di tiap waktunya selalu aku rekam di dalam imajinasi pikiranku
terkadang aku tuangkan dalam kata berbalut lukisan alam
dan menjadi cerita dari salinan episode perjalanan hidupku ini.

Sebagian, aku berusaha berbagi kisah dengan kalian
dan sebagian yang lain terkhususkan
hanya untuk dinikmati diriku,
sendiri...


Jawa Barat,
10-12 Juli 2008

Senandung Ketidakperdulian 1

9

Sekedar Ocehan

Kami tidak membutuhkan belas kasihan dari kalian, tidak sama sekali.
Karena kami mencintai hidup kami yang seperti ini.
Tanpa larangan. Bebas.
Setiap kali lampu lalu lintas itu berwarna merah dan kami bernyanyi di samping mobil kalian yang tertutup sangat rapat dengan kaca film yang meremang, kami tidak perduli apakah kalian didalam sana mendengarkan kami atau tidak, kami juga tidak perduli apakah kalian yang sedang sibuk memainkan komputer jinjing yang diletakkan di pangkuan kalian itu memperhatikan kami.

Saat kami memutuskan untuk bernyanyi, tidak ada yang kami harapkan dari kalian. Karena kami bernyanyi memang untuk menyanyikan lagu-lagu yang mewakili perasaan dan kehidupan kami. Entah lagu itu merupakan lagu-lagu yang tidak sengaja kami lihat saat televisi-televisi di toko-toko itu menyala dan kami menyimpannya dalam daya ingat kami, lalu kami menyanyikannya lagi, walau dengan nada yang agak berbeda, maupun lagu itu kami karang sendiri secara lepas, sesuai dengan apa yang kami rasa. Tidak lain semua itu hanyalah karena kami ingin menghibur dan menyenangkan kehidupan kami sendiri.

Pun disaat kalian menurunkan kaca mobil, memberikan kami receh dengan tergesa tanpa senyum lalu menutup kembali rapat kaca mobil itu. Ya, kami menerimanya, menerima bukan karena kami sangat membutuhkan uang recehan itu. Tapi karena kami belajar bagaimana caranya menghargai sebuah pemberian dengan cara tidak menolaknya. Karena tujuan utama kami bernyanyi bukan mendapatkan materi dari kalian, tapi lebih dari itu, untuk mendapatkan kesegaran jiwa kami yaitu kebahagiaan.

Kalian boleh pandang setengah mata tentang kehidupan kami, menganggap kami gelandangan, sampah jalanan. Sungguh kami tidak ambil pusing dan kami sangat tidak perduli terhadap serapah itu semua.
Toh, kesombongan pikiran kalian tidak merubah jalan hidup kami. Memang seberapa tau kalian terhadap jalan kehidupan yang kami tapaki di tiap waktunya? Kalian hanya melihat kami sekilas dan dengan kelebatan keangkuhan..

Untuk sebagian dari kalian yang berempati dengan kami, mengangkat kehidupan sehari-hari kami dan dijadikan topik utama di koran-koran atau televisi-televisi atau radio-radio, kami menghargai usaha kalian yang mencoba peduli dengan kami. Tapi kenyataan miris bahwa kepedulian itu hanya sekejap dan menjadi angin lalu setelahnya, kami hanya sanggup mengucap terimakasih dengan bibir bergetar. Dan melupakan segala pujian palsu penuh omongkosong kalian dengan bernyanyi kembali di tiap lampu lalu lintas ketika mulai berwarna merah.
Kalian hanya mengetahui kehidupan kami, tapi lebih dalam lagi kalian tidak mengerti dan memahami tentang siapa kami.



Berfikirlah dengan cara berfikir kami,
maka kalian akan tau dan mengerti dengan jalan kehidupan kami.

Surat Terakhir

6

Aku yakin ini memang jalan yang terbaik untuk kita: Berpisah!
Setidak-tidaknya kita sudah sama-sama berusaha semaksimal yang kita mampu, tapi karena tidak menemukan titik temu, maka kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini.

Sama, seperti yang aku rasakan, kamupun pasti sudah sangat lelah dengan semua yang kita jalani. Pertikaian demi pertikaian selalu datang menghampiri kita tanpa kenal waktu dan tanpa lelah membingungkan perasaan kita. Entah itu faktor dari dalam, dari luar, atau segala yang berhubungan dengan kita.

HHhhh... ternyata kita masih belum bisa dewasa karena kita masih menganggap 'masalah' adalah musuh padahal aku ingin sekali kita bisa bersahabat dengan 'masalah'. Yeah, ternyata semua tidak bisa seperti apa yang aku harapkan, begitupun denganmu, menganggap semua ini tidak bisa menjadi seperti yang kamu harapkan. Ternyata semuanya memang harus berakhir. Dan harapan kita biarlah kita terbangkan bersama iring-iringan ketulusan doa:

"Melayang dan terbanglah hai harapan yang indah, maaf kami tidak bisa bersamamu, terima kasih karena telah sudi mampir di hati kami berdua, melayang dan terbanglah, capai dan sempurnakan keindahanmu hai harapan, lalu berbahagialah... kami yakin kamu bisa dan setelah sampai pada tujuanmu, tebarlah benih-benih harapanmu tentang sebuah keindahan cinta kepada para pecinta agar mereka bisa memaknai arti kata cinta yang sesungguhnya. Dan doakan kami juga, para pecinta, agar kami bisa memurnikan cinta di atas kasih sayang dan tidak dengan nafsu ambisi..."

Impian biarlah tetap terlelap di awan, kita tidak perlu mengusiknya, biarlah dia dengan tenang beristirahat. Perjuangan ini biarkan kita hentikan agar tidak memakan korban lagi, menggerogoti hati kita sedikit demi sedikit hingga nantinya akan terkikis dan habis. Mungkin ini memang yang paling baik dari berbagai pilihan kita yang terbaik.

Kamu merasa kehilangan, begitpun aku. Kamu masih sangat menyayangi aku, begitu juga aku. Tapi memang seperti inilah jalannya, mungkin cinta memang sudah menentukan garis kita; Tidak untuk bersama.
Berbahagia dan tersenyumlah untuk dihari ini dan nanti...

Masih, walau hanya sedikit
berharap kamu tertawa melewati ini
agar aku lega melenggang kaki
mengganti duka dan nyeri

Dengan bernyanyi dan menari
merobek dan membakar lembar usang
tertawa dan bersuka cita
... selamat tinggal

walau bagaimanapun,
aku masih sangat mencintaimu..



Cikarang,
disaat Matahari pagi bersinar pilu.
30 Juni 208


*Persembahan untuk Kartika, perwakilan dari Damar
(Sepasang Pecinta yang berduka ... )