Showing posts with label Sajak. Show all posts
Showing posts with label Sajak. Show all posts

Detak | Sajak: Seno Gumira Ajidarma

0

pagi berdetak mengejar malamnya
arloji berdetak mengejar waktunya
pohin berdetak mengejar buahnya
sungai berdetak mengejar lautnya
siapa berdetak mengejar matinya

Yogya 1976

Penulis : Seno Gumira Ajidarma
Buka    : Mati mati mati

Musafir Kelana | Sajak: Kuntjoro, ST

0

Pelabuhan ini kelak kan kutinggalkan. Sudah terlalu lama berdiam disini.
Pelabuhan yang dahulu gersang itu Kini telah subur, rimbun menghijau

ini sejarah berawal mula...
aku berlabuh di Pelabuhan ini secara aneh
ya...sangat aneh...
Karena Bukan aku yang menuju padanya
akan tetapi ...
justru ialah yang menepi ke perahuku
kuambil saja hikmahnya bahwa
rupanya ia telah tertulis di lauhul mahfuz...*
dibawa takdir... untuk kami saling bertemu

pelabuhan ini begitu tajam tatapan matanya
bercahaya...
berbinar binar...
dan...
jenaka...
kupandang sejenak saja
sangat sejenak
aku melihat potensi hebat ada padanya

bara apinya hanya butuh pemantik agar berkobar
dan perlu arahan agar kobarannya bermanfaat
maka tanpa berpikir panjang
Akhirnya Perahupun kutambatkan,
kuabdikan diri untuk membangun ulang kembali dirinya

Kuperiksa sekeliling
kiranya apa-apa yang perlu dibereskan dan diperbaiki
ternyata memang benar
Pelabuhan ini begitu mengagumkan
tapi sayang ia tidak terawat, ia rapuh
pondasi-pondasinya begitu dangkal dan rentan
hingga mudah patah bila terinjak bahkan oleh hewan pengeratpun

semakin kukaji dan kupelajari
Kegersangan pelabuhan inipun begitu terasa
Hawa panas dari dalam dadanya
Rasa amarah yang membuncah
kepada siapa? karena apa?
(kelak akupun tau dan memahami)
iapun Rindu akan kasih sayang dan butuh uluran tangan...
dan tanpa ragu tangankupun terulur menggenggam tangannya

Rencana kususun
Titik-titik Pondasi Pada kedalaman tertentu
kutancapkan dengan kokoh
agar tak goyang diterpa angin
agar tak roboh diterjang badai
landasan jiwanya kubongkar dan kususun ulang
bingkai pikiran dan wawasanpun tak luput kupasang

kemudian aneka pepohonan kutanam:
pohon kayu, pohon buah, pohon bunga dan rerumputan. semuanya dilakukan:
agar kokoh kakinya
agar kuat tangannya
agar teguh hatinya
agar bening jiwanya
agar luas cakrawalanya
agar tinggi pandangannya
agar sejuk hawa di dadanya
agar reda amarah di hatinya

dalam perjalanan pembangunannya
terkadang ombak menerjang
badai menghalang...
tapi tak kami hiraukan itu semua
karena janjiku dan janjinyalah
karena saling percaya kamilah
karena komitmen kamilah
maka pembangunan ini harus terus berjalan
dengan kesabaran, ketekunan dan ketabahan

tahap demi tahap hasilnya mulai terlihat
pondasinya kini telah kokoh
landasan jiwanya telah licin mulus
wawasannya telah meluas
pisau pikirannya semakin tajam
tempat berteduhpun telah menjulang
sejuk pepohonan rindang
diseling buah ranum nan segar
kembang setaman beraneka rupa
selang seling menyejukkan hati
tak lupa rumput halus nan tebal memanjakan kaki
kini kurasa pengabdian telah usai

semua janjiku telah kulunasi
janji-janjinya?
ya... janji-janjinya pasti kan ditunaikan pula
aku percaya itu
karena dia bukan pendusta
karena dia tidak khianat

saatnya pun tiba...
perjalanan ini harus dilanjutkan
kembali arungi lautan luas
dibawah hantaman terik mentari
ditemani burung camar dan penghuni lautan
dinaungi gelapnya malam
berkawan cahaya bulan dan taburan bebintang
melawan gelombang kecil dan besar
hadapi angin sepoi dan badai
kusiapkan perahuku yang semakin tua dan rapuh
pun dayung dan layarnya begitu juga
semakin lapuk dan koyak

berkemas dan bersegeralah aku
namun kiranya..
bekal apa yang ingin kubawa dari pelabuhan ini?
hanya bekal terbaik yang kan kubawa
ianya adalah:
canda dan tawanya
contoh dan kerjanya
keuletan dan kesabarannya
kerjasama dan kesetiaannya
ketulusan dan janji-janjinya
kepercayaan dan komitmennya
kelembutan dan kekerasannya

suatu saat...
kelak aku kan kembali
berkunjung menyapa
mengenang masa-masa indah
masa-masa penuh suka dan duka
karena di pelabuhan inilah
kutemukan siapa sebenarnya yang berhak digurui
siapa yang berhak diteladani
ternyata engkaulah yang berhak menyandang itu

dayung telah kusiapkan
layar belum lagi berkembang
tali siap kulepaskan
sejenak kupandang kembali pelabuhan itu
berat hati meninggalkanmu
sebab horcruxku** tersimpan disini
dan horcruxmu ada padaku
namun
perjalanan mencari diri harus dilanjutkan
karena kuyakin dalam gelapnya malam
pasti ada setitik cahaya

renungan dan pelajaran yang kudapat di tempat ini adalah
sebenarnya...
kita adalah pelabuhan-pelabuhan

hakikatnya...
kita adalah perahu-perahu di tengah lautan

dan kita hanyalah seorang musafir
yang mesti berbenah diri
menambal sejarah hidup yang koyak

sebab aku adalah musafir kelana
sebab kita adalah musafir kelana
maka hidup harus dilanjutkan
mencari cahaya terang
dan mencari ampunan

RSI Room 2106 An-Nur 2
12 Februari 2018

Penulis  : Kuntjoro, ST



*Lauh Mahfuzh (Arab:لَوْحٍ مَحْفُوظٍ) adalah kitab tempat Allah menuliskan segala seluruh skenario/ catatan kejadian di alam semesta. Lauh Mahfuzh disebut di dalam Al-Qur'an sebanyak 13 kali. (Wikipedia-red)
**Horcrux adalah "suatu wadah di mana seorang Penyihir Hitam menyembunyikan bagian dari jiwanya untuk tujuan mencapai keabadian". Dengan sebagian jiwa yang disimpan, seorang penyihir memiliki hidup yang sangat panjang selama selama horcrux itu tetap utuh, biasanya disimpan di tempat yang aman. (Wikipedia-red)

Senandung Tanpa Rasa

0

terbanglah,
melayang bersama angan-angan akan kebahagian.
menarilah,
bergembira bersorak-sorai melantunkan asa.

perjalanan hidup masih sangat panjang, masih banyak keinginan yang belum tercapai --gapailah.

senja akan tetap terlihat indah kapanpun dan dimanapun kita berada.
dan luka akan tetap ada dan berdarah, walau kita sedang bercinta dengan kegembiraan.

Menikmati yang ada,
tanpa harus memilih suka atau suram
adalah jawaban untuk menikmati hidup
tanpa harus.. MENGELUH


Durensawit,
25 Maret 2012

Pengantar MALAM

0

Malam bersenandung,
menyanyikan nikmat tanpa lelap

jamah
jamah
dan terkam aku

Malam menggila,
membakar hangat dengan tetesan liur dan peluh

cakar
cakar
dan bakar aku

Malam memanjang,
berharap selalu hitam
selalu hitam
dan semoga tak akan pernah menemui pagi


Rawamangun,
Dini hari, 23 Maret 2012

Bintang Malam

0

malam bertambah jahannam
bintang-bintang mencakar punggungku
hingga berdarah-darah

teriakan dan raungan menjadi jawaban
dan aku: hanya pasrah, nikmat.

sabtu malam, 23102010

Mencari Sunyi

1

Saat semua terasa menjadi beban, apa aku harus menjadi Zarathustra, meninggalkan rumah dan segala keramaian kemudian menyepi ke hutan: Mengheningkan cipta dan menikmati kesunyian?

Kemudian:
Tak mendengar walau mendengar
tak melihat walau melihat

Lalu:
Tak berbicara walau berbicara
tak bergerak walau bergerak

Dan pada akhirnya:
Tak berfikir walau berfikir
tak bernafas walau bernafas ..

Taman Kenangan

2

Selamat malam.

Maaf, malam ini aku meminjam bayangan dirimu untuk aku hadirkan ke dalam lamunanku. Harap maklum, aku sedang sendiri dan tidak ada kegiatan apa-apa. Kamu tenang saja, dalam lamunan yang nanti aku jabarkan kemudian, tidak akan ada unsur sara. Kalaupun nanti ditemukan sedikit yang menyerempet sara, aku pastikan itu adalah ketidaksengajaan. Ya, lagi-lagi harap maklum.

Selamat malam bidadariku malamku, bagaimana kabar khayangan kini? Apakah sejuta bunga dari sejuta jenis bunga yang memiliki keindahan rupa dan keharuman tiada tara itu masih terawat dengan baik?

Aku ingat saat pertama sampai terakhir berada disana, tidak ada yang berubah sama sekali. Mulai dari tata letak, jumlah, dan perkembangannya yang tidak pernah melahirkan tunas baru maupun mengering dan mati. "Bunga-bunga itu abadi", katamu sambil menggandeng tanganku dan menuntun langkahku menapaki jalan rerumputan yang sangat lembut agar aku tidak salah dalam melangkah, yang nantinya bisa menginjak bunga-bunga itu.

Di duniaku, tidak ada satupun bunga yang abadi. Edelwis, bunga pegunungan itu pun tidak abadi, walau memang bunga edelwis termasuk bunga yang tahan lama, tapi pada akhirnya akan mengering. Sedang di duniamu, khayangan maksudku, semua yang tidak mungkin di duniaku akan menjadi mungkin di duniamu. Kupu-kupu juga punya peranan yang sangat berarti dalam mempercantik taman khayangan. Kupu-kupu dengan perpaduan warna dan corak yang rapi teratur, sepuhan warnanya seakan memang tercipta berpasangan dengan warna-warni bunga-bunga yang ada di taman ini. Sungguh menakjubkan.

Kulihat kupu-kupu itu tidak pernah letih menari di udara, dengan lembut. Memang kupu-kupu itu sesekali hinggap di salah satu bunga untuk menghisap manis madu yang tersedia di setiap bunga-bunga, tetapi tidak pernah lama karena setelah itu mereka terbang kembali bersama pasangannya. Menari dan mungkin bernyanyi.

Bidadari malamku,
malam ini aku sangat merindukanmu, sudah puluhan purnama berlalu tanpa kamu ada di dekapku. Betapa malam ini terasa sangat asing aku lalui karena kerinduanku yang mendalam terhadapmu. Biasanya setiap malam menjelang pukul dua belas teng kamu selalu datang ke dalam kamarku melalui jendela. Kedatanganmu selalu di dahului dengan wewangian yang seketika menjadikan kamarku semerbak. Kamu masuk dan tersenyum sangat manis kepadaku, lalu membelai rambutku dan mengecup keningku. "Kamu sudah siap, Sayang", bisikmu halus ditelingaku dan aku pun mengangguk. Kamu pun tersenyum menatapku dan mendekapku sangat erat, aku terlelap. Saat aku membuka mata ini tiba-tiba saja aku sudah berada di dalam duniamu. Yang ternyata adalah khayangan.

Kamu mengajak aku mengelilingi khayangan yang di awal pikiranku seperti khayalan atau impian. Kamu menggandeng tanganku, membawaku ke taman bunga-bunga yang berjumlah sejuta dan aku langsung suka karena di taman itu aku merasakan satu kedamaian yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya di duniaku. Maaf aku tidak dapat menggambarkan dan menjelaskannya dengan rinci, karena aku hanya bisa menikmatinya. Aku tidak memiliki kata-kata yang pantas untuk menuliskannya. Kedamaian itu tidak terlukiskan.

Walau setiap malam kamu mengajakku ke tempat yang sama. Tidak pernah terbesit rasa bosan olehku, termasuk saat berdua denganmu. Malahan sebaliknya, masa-masa saat bersamamu berdua di taman itu selalu saja aku nantikan disetiap waktunya. Bahkan sampai saat ini, detik ini. Pernah, aku merajuk agar aku di izinkan menetap untuk selamanya bersamamu di khayangan. Tetapi dengan penuh kesabaran dan kasih sayang kamu mengajak aku duduk di bawah pohon beringin tanganmu di lingkarkan ke lenganku dan kamu sandarkan kepalamu di bahuku.

Setelah itu kamu berkata dengan tenang, "Keinginan kita sama, aku juga sangat ingin kamu menetap disini bersamaku, agar dapat menikmati indahnya cinta kita di setiap detiknya".
Lalu kamu menggenggam tanganku, mengecupnya, mengelus pipiku dengan punggung tanganmu. Dan kamu melanjutkan, "hati ini sepenuhnya milikmu". Setelah itu kamu terdiam, lama. Kubalikkan tubuhku, menghadapimu, kupeluk tubuhmu, ku kecup keningmu.

"Lalu mengapa aku tidak boleh," bisikku terpotong olehmu yang langsung melepas pelukanku. Kamu tatap mataku dan kamu genggam kedua pipiku dengan telapak tanganmu, "Dunia kita berbeda, Sayangku, alam semesta tidak akan mengizinkan dua dunai menjadi satu karena akan merusak jalannya kehidupan. Akan ada kekacauan apabila kita hanya mengikuti kehendak kita", katamu menitikkan airmata dan terus melanjutkan omongan, "dengan kita yang sekarang seperti saati ini juga sebenarnya sudah melanggar hukum alam. Kita melangkahi kodrat. Tapi dewa-dewi disini memaklumiku, walau tetap dengan batasan-batasan yang telah aku sepakati".
"Perjanian apa?" Aku menyela.
"Maafkan aku, Sayang, aku juga telah berjanji untuk tidak memberitahukannya kepadamu, maafkan aku, Cinta".
Aku tidak dapat berkata apa-apa. Bibirku bergetar menahan kesedihan.
"Biarkan kita seperti yang sekarang ini, walau entah sampai kapan. Aku harap kamu bisa memakluminya". Setelahnya kamu memelukku dan menangis hingga kurasakan hangat airmatamu mengalir di pundakku.
Dengan tegar aku berbisik, "Ya, aku mengerti, ik houd van jou".
"Aku juga sangat mencintaimu".

Setelah kejadian itu kita tidak pernah membahasnya lagi. Kita semakin larut terhanyut dengan asmara kita yang membara. Hingga pada malam itu, malam pertama kalinya kamu tidak datang. Hingga malam-malam berikutnya. Hingga kini, malam ini. Entah karena apa. Sampai detik ini pun aku tidak tahu ada apa. Aku hanya sedikit menebak, mungkin inilah waktunya. Waktu yang telah ditetapkan. Batas akhir.

Dan aku relakan waktu mengalir tanpamu, menikmati malam dengan mimpi-mimpi kegelisahan. walau sebelum tidur aku selalu melirik jendela, berharap kamu datang.

bersambung... ;D

Mimpi-mu & Bahagia-ku

3

Bunda, 
perjalanan ini sangat melelahkan, tapi aku selalu teringat pesan-mu bahwa semuanya akan baik-baik saja, selama apa yang kita inginkan adalah benar --bukan sesuatu yang mustahil.

Bunda,
sampai detik ini aku masih bertahan, dan berusaha mampu untuk bertahan menelusuri jejak langkah yang telah ditapaki orang terdahulu "aral adalah bunga kehidupan, bersahabatlah dengannya --maka ia tak akan menjadi bahaya bagimu" itu katamu disela dekapanmu saatku melemah --akan hidup.

Bunda,
mimpi-mu akan aku masih jauh dari pencapaian tapi senyuman yang selalu aku dapat, saat Kau bertanya, "Bagaimana kau kini, anakku?" Ahh, senyum itu selalu wangi --walau guratan tua diwajah-mu makin menjadi.

Bunda,
waktu berlari sungguh cepat, semakin ku kejar semakin cepat waktu berlari tapi tetap akan ku-kejar walau harus berlari sejauh mungkin, dan akan aku kejar walau sampai renta.

Bunda,
mimpi-mu akan aku hanya satu, Melihat aku Bahagia dan mimpi-ku juga hanya satu, Melihat Kau Bahagia...

Bunda,
tiga pulau sudah aku tapaki untuk mengejar cita-cita dan menggapai mimpi-mu dan mimpi-ku Kini aku sedang mempersiapkan menuju pulau ke-empat dan ke-lima

Lagi, restui dan do'akan aku bunda agar tercapai apa yang telah menjadi keinginan kita bersama.

Bunda, Aku pamit...



Jum'at Pagi 20102009

Senandung Pengkhianatan

4

kita sama-sama tau,
bahwa kemunafikan kita adalah sama
semua kesenangan kita adalah semu
walau beriringan dengan gelora yang membara

memang,
kita tidak pernah alpa akan siapa aku
siapa juga kamu
dimataku, dimatamu, dimata mereka
dan terutama dimata dia

selalu,
setelah berkelakar dengan liur
bercanda dengan peluh
dan aku terjaga dgn mata terpejam

setelahnya aku tersadar,
ternyata aku harus tahu diri
bahwa berkhayal berkhianat denganmu
adalah salah!

hhfff**

Sajak Cinta Untukmu

1

Kepada: HS

Aku tidak mampu berpuisi tentangmu
dan aku tidak akan mungkin mampu berpuisi tentangmu
Seandainya bisa, aku tetap tidak ingin melakukannya
karena dengan aku berpuisi tentangmu
maka aku telah lancang mengurangi keindahanmu
dengan kata-kataku yang berantakan ini

Karena sesungguhnya,
puisi tersyahdu itu adalah jiwamu
yang memancarkan cahaya ketenangan
dan aku menangkapnya dalam kedamaian

Puisi terindah itu adalah gerakmu
saat senyummu terkembang
dan lesungmu menjadi dalam

puisi yang kamu minta ada di dalam dirimu
karena puisi adalah dirimu sendiri

yang juga tidak bisa aku tuangkan ke dalam kata
karena keindahannya tidak bisa terwakilkan dengan kata

Puisiku,
ya, puisiku adalah puisi tentangmu,
tentang cintaku kepadamu
puisi tentang cinta,
cinta.

Kunang-kunang di Matamu

12

kepada: a.n

Dari mata itu, aku melihat dengan jelas bagaimana kunang-kunang itu keluar secara perlahan lalu terbang mengitari wajahmu dan terbang kembai menuju angkasa. Mulanya hanya satu, lalu dua, sepuluh, hingga ratusan atau mungkin ribuan kunang-kunang berkarnaval menuju angkasa dengan kerlap-kerlip serupa percikan kembang api.

Aku temukan tatapan mata yang kosong itu di wajahmu, setelah kamu mengakhiri cerita tentang masa yang telah jauh berlalu dari hidupmu. Mulanya kamu semangat sekali bercerita tentang satu masa, dimana cinta --ku ingat setiap kali kamu menyebut kata cinta, di matamu seperti mengeluarkan kilau cahaya-- membuatmu seperti manusia paling bahagia. Senyuman yang tidak pernah terputus sepanjang ceritamu tentang asmara yang menggelora di masa indahmu, dulu.

"Betapa sempurna hidupku, mendapat pasangan cinta yang sempurna seperti dia", katamu dengan senyuman yang sangat dalam sampai matamu terpejam.

Aku yang masih belum bisa mengerti tentang cinta dan segala kesempurnaanya yang dialami oleh kaum muda hanya bisa ikut tersenyum, walau terpaksa. Karena aku memang belum pernah bisa teryakinkan akan cinta yang sempurna oleh pasangan muda, lain halnya saat aku melihat tetanggaku, sepasang renta yang dimakan usia, bagaimana setianya sang istri mendorong kursi roda yang ditumpangi sang suami dari rumah hingga ke taman yang berjarak seratus meteran dari rumahnya itu setiap pagi hari. hmm, itu yang ku sebut cinta.

"cinta menyatukan kami dan bidadari kecil yang terlahir dari janinku itu buah dari cinta kami", katamu sambil memeluk bingkai yang berisi foto seorang balita yang sedang terlihat tertidur pulas.

Pikiranku langsung melambung ke pasangan renta, tetanggaku, saat sore ku melihat mereka di teras rumahnya dimana dengan sabarnya sang nenek membantu menyuapi suaminya makan bubur. Sang kakek yang terserang lumpuh sejak lama, hanya bisa menghabiskan waktunya di kursiroda. Akhh, ini yang lagi kusebut dengan cinta.

* * *

Aku masih mendengar dan memperhatikan dengan seksama semua ceritamu, begitupun sampai kamu yang tiba-tiba terdiam, dan bingkai di pelukanmu terjatuh. Kamu lanjutkan ceritamu tapi dengan suara yang sangat pelan, seperti berbisik.

"Cinta, cinta, cinta juga yang membuat semuanya berubah dengan cepat. Cinta dia yang ternyata lebih berpihak kepada wanita yang baru dikenalnya itu dan membuat kebahagiaan berubah menjadi kosong", lalu kamu diam dan beku.

...

Dan, kunang-kunang itu mulai keluar dari mata kosong itu...

cemburu

11

Aku cemburu,
Kalau kamu berbicara tentang lelaki
Yang bisa menemani kamu dan mengusir sepi
Memberi waktunya, melepas senyuman

Aku cemburu,
saat kamu bilang, “Tadi dia memberiku sepotong mawar dan bisikan kata sayang.”
Hingga membuat hatimu berbinar
Dan kamu menyeringai

Aku cemburu,
Bila kamu dengan gigihnya bercerita
Tentang kisah cinta dari masa lalumu dengannya
Sampai-sampai kamu sumringah

Aku cemburu,
Dengan kamu yang selalu saja
Menatap senja disamping lelaki itu
Yang kini telah menjadi suamimu

Dan Aku cemburu
huh…

pilihan

2

karena hidup adalah pilihan
maka dengan ini aku memilih
untuk tetap hidup
hidup bukan hanya sekedar bertahan hidup
tetapi hidup untuk membuat hidupku lebih hidup lagi
bukan untuk siapa-siapa
tapi hanya untukMu,
untukMu,
dan untukMu

semoga...

Senyum Hitam

4

Aku ingat saat kamu terakhir kali tersenyum kepadaku. Saat itu langit sudah menghitam dan tak ada bintang. Di pekarangan rumah yang dipenuhi dengan bunga-bunga. Kolam ikan yang menyuguhkan gemericik air terjun buatan Ayahmu. Dua bangku dan diapit oleh satu meja kecil, yang di atasnya tersedia minuman cocktail dan voodcha. Kita minum tapi kita tidak mabuk.

Aku ingat saat kamu terakhir kali tersenyum kepadaku. Kamu mengatakan keikhlasanmu melepas semua ini dan melapangkan perasaanmu. Kamu juga bertingkah seakan-akan kamu tegar dan tidak lemah sambil menggenggam tanganku, dan kamu menatapku dengan miris, sementara Aku dengan tenang berucap dengan tulus:
“Selamat tinggal!”.

* * *


Kini, dua tahun sudah berlalu sejak perpisahan kita di malam itu. Entah bagaimana kabarmu kini. Seolah-olah kamu memang ingin menghilang dari kehidupanku. Atau mungkin kamu memang sudah tidak ingin Aku ganggu. Biarlah, Aku mengerti dengan keadaan ini. Keadaan dimana Aku terpaksa meninggalkan kamu, entah wajib atau karena Aku memang harus meninggalkan kamu. Karena sampai kini Aku pun tidak dapat menyimpulkan mengapa saat itu Aku harus mengambil keputusan yang sangat singkat. Meninggalkanmu tanpa sebab.

Lagi pula kamu tahu, walaupun diteruskan kita memang tidak akan pernah bisa bersatu. Tidak ada alasan untuk kita bersatu. Derajat kita berbeda. Mungkin dalam cerpen-cerpen atau novel-novel percintaan bergaya picisan yang bukunya laris bak kacang itu, selalu mengakhiri cerita dengan kebahagiaan si miskin dan kaya dapat bersatu karena cinta. Atau juga telenovela-telenovela, baik dari luar negeri atau pun dalam negeri kita sendiri yang mengisahkan bersatunya si miskin dan si kaya, yang dapat menyelesaikan problematika-problematika dengan kesulitan yang sudah digariskan menjadi mudah dan diakhiri dengan kebahagiaan dalam jalinan mahligai perkawinan yang aduhai.

* * *


Tapi kita tidak sedang dalam negeri dongeng, yang segalanya dapat dengan mudah terwujud. Kita tidak sedang dalam khayalan. Kita tidak sedang bermimipi. Dan akan Aku biarkan hari-hari ini menjadi kelabu dan tidak akan Aku biarkan warna-warna yang lain turut serta mencampurinya. Hitam tidak. Putih pun tidak.
Karena warna kelabu milikku ini utuh hanya untuk Aku dan tidak boleh dimiliki oleh orang lain.

Rasa sakit atau rasa terluka selalu saja ada, kita sebagai manusia memang di takdirkan untuk dapat menikmati kepedihan, walau dengan cara yang berbeda di setiap kesempatan.
Bahkan kita memang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya bahagia bila kita tidak pernah merasakan rasa sakit – yang mendalam.

Dapat atau tidaknya kita hidup bersama orang yang kita kasihi hanya sebagian kecil dari proses kehidupan itu sendiri. Aku selalu tidak pernah berharap memandang keindahan dan rasa bahagia dari dapatnya Aku bersatu bersama cinta yang utuh, termasuk dengan kamu. Walau perasaan sayang ini tidak dapat Aku katakan tetap ada untukmu, Aku juga tidak memungkiri kalau rasa sayang ini tidak sepenuhnya menghilang.

Aku memang menyimpannya di salah satu sudut hatiku. Aku selalu mendukung lagu-lagu cengeng yang berkisah tentang cinta yang tak meski bersatu. Cinta yang tak harus memiliki. Aku setuju. Cinta selalu punya warna dan kisahnya sendiri. Karena cinta tetaplah cinta. Tergantung siapa yang memainkan siapa. Apakah kita yang memainkan cinta atau cinta sendiri yang mempermainkan kita.

Aku menulis ini, karena Aku memang sedang merindukanmu, mencoba mengenang kembali apa yang pernah terjadi di antara kita. Dalam tulisanku ini, sungguh tidak ada yang Aku harapkan, karena Aku sedang belajar bagaimana caranya agar Aku tidak berharap terhadap sesuatu yang tidak layaknya Aku harapkan menjadi kenyataan.

* * *


Ternyata walau hanya dalam kenangan kamu tetap saja dapat menjadi sesuatu yang indah. Indah, walaupun semu.
Bersama senyuman yang hitam menggelayut di wajah, aku mengenangimu. Sambil membodohi diri dan membodohi keadaan yang tidak pernah berpihak.



– dalam kenangan: Gadis Mariyuana!

TENTANG KERINDUAN

4

Ada kerinduan yang selalu saja datang saat aku sedang tidak ingin terusik oleh perasaan itu, tetapi apa mau dikata, kerinduan itu datang dan nyata hadir dalam kesendirianku.

Huh, selalu saja aku tidak dapat membunuh atau bahkan hanya sekedar untuk menahannya agar tidak menyerobot masuk ke dalam jiwa ini yang memang sedang membutuhkan kesendirian. Kenangan yang menghasilkan sebuah kerinduan akan terus abadi di dalam putaran alam bawah sadar yang dengan seenaknya sendiri, tidak mengenal waktu dan kondisi akan datang dan membunuh jiwa-jiwa yang sedang ingin kosong tanpa kenangan akan kerinduan.

Rasa rindu kadang dapat membuatku menjadi seperti orang tidak waras yang mencampur adukkan tangis dan tawa di saat yang bersamaan, menggabungkan teriakan kemenangan dan rintihan lirih yang menyayat di waktu yang sama. Malah lebih sering rasa rindu itu membuat aku tidak berdaya dan hanya bisa terdiam membisu dengan tatapan kosong dan hanyut dalam kenangan-kenangan yang melenakan, hingga seakan-akan jiwa ini melayang dari jasadnya dan terbang melewati lorong waktu dimana kenangan itu terjadi dimasanya dan aku ikut menikmatinya kembali.

Pfffhhh.. memang sangat tidak ada gunanya melawan kenangan akan kerinduan yang hadir dengan tiba-tiba itu, toh sesibuk apapun kita dengan rutinitas yang kita jalani, sekeras apapun otak kita berfikir tentang hari ini dan masa yang akan datang, kerinduan tetap saja akan merasuki jiwa kita melalui celah-celah yang tanpa kita sadari. Sampai detik ini tidak ada manusia super manapun yang dapat membuang kenangan akan sebuah kerinduan dari masa lalunya dan menghilangkannya dari sejarah hidupnya, benar-benar lenyap hilang tidak berbekas.

Ada saat-saat di masa yang telah kita lalui, entah beberapa tahun yang lalu atau seminggu yang lalu, ada kejadian-kejadian yang indah atau tiba-tiba saja menjadi sangat mengesankan saat dimasa kini kita terkenangnya. Dan masa-masa itu seakan-akan kita hidupkan kembali dan kita ulang kembali untuk dapat kita rasakan secara nyata seperti waktu dulu – walau hanya dalam lamunan. Selalu ada kerinduan yang hadir dalam nyata hidup ini.

Kerinduanku kepadamu juga muncul saat aku sudah benar-benar bisa melupakanmu dan menganggap kamu tidak pernah ada di kehidupanku. Tapi bayang-bayang saat kita sedang bersama, entah saat kita berdua melihat mentari terbit dari atas bukit, entah saat kita menikmati senja di pinggir pantai sambil duduk di atas pasir putih, entah saat kita bercanda atau berjalan bergandengan tangan, entah saat kita berpelukan sambil berciuman juga saat kita bertengkar dan kamu menangis, entah saat terakhir pertemuan kita yang menandakan juga akhir dari hubungan kita karena pengkhianatan cinta yang telah aku lakukan kepadamu..

Kejadian demi kejadian yang pernah kita lalui bersama kini muncul secara tiba-tiba dan menerawangkan pikiranku akan kejadian yang telah lalu. Sebenarnya aku ingin sekali berontak tapi aku tidak mampu jadi aku biarkan saja kenangan kerinduan tentang kita kini berada di dalam pikiranku.

Selalu saja ada hal yang pada akhirnya membuatku menjadi ingat kembali pada kenangan yang tidak seharusnya diulang kembali. Tapi apa mau dikata, sekali lagi, hukum alam telah mengaturnya sedemikian rupa dan aku tidak mampu berbuat apa-apa. Toh, kita memang dilarang untuk melawan hukum alam, karena memang semua sudah ada aturannya.

Betapa sebuah wangi parfum dapat menerawangkan pikiranku kepadamu dan menganggap kamu nyata ada di hadapanku, terlebih saat aku memejamkan mata ini. Betapa malam yang sangat indah dengan bintang-bintangnya dapat membuat bayanganmu hadir kembali bersamaku dan berdiri disampingku memeluk lenganku.

Kini, kurindukan dirimu dalam keutuhannya, wanita yang begitu sabarnya menghadapi kenakalanku dan begitu dalamnya mencintaiku dengan sedemikian rupa serta menerima segala keadaanku dengan apa adanya. Kurindukan sentuhan-sentuhanmu yang dulu sering aku dapatkan entah saat aku sedang bersedih atau aku sedang menikmati hangatnya candamu. Kelembutan senyumanmu yang selalu saja meluluhkan amarahku dan sejuknya tatapan matamu yang membuatku merasa menjadi orang yang paling sangat disayangi.

Kamu memang tidak tergantikan. Dan aku yang memang sangat bodoh mempermainkan kasih sayang yang kamu berikan kepadaku yang seharusnya aku jaga dan aku syukuri sebagai suatu kenikmatan. Tapi semua sudah berlalu. Kamu telah tiada. Dan aku hanya bisa mendapati dirimu hadir di kehidupanku dengan membuka hati ini dan membiarkan kenangan kerinduan itu hadir mendekap erat jiwaku yang nestapa.

Semoga. Dan aku yakin. Kau akan bahagia di alam sana.
Bersama keindahan kasih sayang yang kamu miliki.
Dan juga kasih sayang-Nya…


Dalam Kenangan & Duka,
adiindie