Showing posts with label Surat Cinta. Show all posts
Showing posts with label Surat Cinta. Show all posts

Akhir Sebuah Cerita

0

waktu terus berlalu
seiring langkahku yang coba tuk lewati hari demi hari


Enam tahun berlalu dengan sangat cepat dan tak terasa sudah terlalu banyak peristiwa terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Perubahan demi perubahan pun berlarian dari waktu ke waktu. Bahagia, cinta, airmata dan darah pun telah mewarnai apa yang pernah terjadi tanpa ada sesuatu yang bisa menghalanginya. Tapi tidak ada alasan apapun untukku hentikan langkah kakiku ini, perjalanan masih amat sangat panjang. Walau nafas tersengal masih banyak persinggahan dari mimpi-mimpi ini yang belum tersinggahi. Dan lagi-lagi tak ada alasan apapun yang dapat menghalangi hidupku dalam menggapai semua persinggahan dari mimpi-mimpiku ini - kecuali Sang Pemilik Nyawa ini mengambilnya dari hidupku.

kadang ku tak mengerti semua yang terjadi
semua saling merindukan saling melupakan


Terkadang tetap masih terngiang pertanyaan yang belum pernah bisa terjawab sampai saat ini; mengapa satu cinta yang sangat hangat membara yang telah dibina berjuta-juta tahun bisa menjadi perang yang berdarah-darah hanya karena satu hari kesalahan? Apakah sebegitu dahsyatnya amarah karena kekecewaan itu, serupa lahar yang menggilas habis apa yang dilewatinya tanpa pandang bulu dan melupakan segala yang pernah ada. Begitu cepatnya rasa kerinduan itu berlalu dan begitu membaranya amarah itu hingga melupakan segalanya dan menyisakan luka yang terus menerus berceceran tanpa pernah berhenti. Begitupun juga denganmu, hai kekasihku.

tak kurasa lagi hangat peluk disini
tak ku dapat lagi belai kasih disini


Pada akhirnya engkau berlalu dari kehidupanku, bahkan bakal kehidupan yang telah kita sketsa dengan senyuman disaat kita bersama juga telah kamu lupakan. Kau nikmati hidupmu dengan terus mengikuti arus deras emosi yang mengalir entah kemana. Dan tak pernah mau menengok ke belakang lagi, bahwa aku masih ada di sini bersama cuil harapan akan kebahagiaan yang sering kita lebur bersama --dulu.

waktu terus berlalu membawa diriku
dalam suka dalam duka menangis dan tertawa


Tapi kini semua telah berlalu, seiring berlalunya waktu meninggalkan masa kemarin. Tak akan ada  lagi impian setelah ini yang dulu sering kita khayalkan bersama sambil menatap bintang-bintang. Tak akan ada lagi canda dan tawa yang riang dan gelora asmara beradu peluh.

tak ku dengar lagi suara tawa disini
tak ku lihat lagi senyum kecil disini
ku tertawa dan menari raing gembira
ku tertawa dan bernyanyi . . .


Pastinya, harus ku kubur dalam-dalam semua yang telah terecap. Cinta, kerinduan, kebahagiaan, senyuman, kecupan, pelukan, perhatian, candan tawa, cemburu, duka, perdebatan, sakit hati, emosi, dusta, dan segala perasaan yang pernah berkecamuk saat kita ada berdampingan menapaki hari-hari ceria dan hari-hari kelam. Yang berlalu biarlah berlalu dan mencoba menutup harapan akan kembalinya perasaan yang dulu kembali terulang agar tidak kembali terulang apa yang telah menjadi akhir percintaan kita..

apa yang kini kurasakan
tak ada tak ada lagi yang pergi datang kembali
yang hilang akan tetap hilang


Aku berusaha menghargai keadaan, walau tetap saja ada di salah satu sudut hatiku yang menentang kejadian dimana aku akan merasakan sesuatu yang menggangu di hati ini. Sesuatu yang berdesir, terkadang perih, terkadang sangat tersiksa. Tapi satu episode cinta telah berlalu dan menyisakan luka, sedangkan aku tidak dapat berbuat apa-apa..

tak ku dengar lagi tak ku lihat lagi
tak ku rasa lagi tak ku dapat lagi


** Bagian yang Hilang - Funky Kopral

Surat Terakhir

6

Aku yakin ini memang jalan yang terbaik untuk kita: Berpisah!
Setidak-tidaknya kita sudah sama-sama berusaha semaksimal yang kita mampu, tapi karena tidak menemukan titik temu, maka kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini.

Sama, seperti yang aku rasakan, kamupun pasti sudah sangat lelah dengan semua yang kita jalani. Pertikaian demi pertikaian selalu datang menghampiri kita tanpa kenal waktu dan tanpa lelah membingungkan perasaan kita. Entah itu faktor dari dalam, dari luar, atau segala yang berhubungan dengan kita.

HHhhh... ternyata kita masih belum bisa dewasa karena kita masih menganggap 'masalah' adalah musuh padahal aku ingin sekali kita bisa bersahabat dengan 'masalah'. Yeah, ternyata semua tidak bisa seperti apa yang aku harapkan, begitupun denganmu, menganggap semua ini tidak bisa menjadi seperti yang kamu harapkan. Ternyata semuanya memang harus berakhir. Dan harapan kita biarlah kita terbangkan bersama iring-iringan ketulusan doa:

"Melayang dan terbanglah hai harapan yang indah, maaf kami tidak bisa bersamamu, terima kasih karena telah sudi mampir di hati kami berdua, melayang dan terbanglah, capai dan sempurnakan keindahanmu hai harapan, lalu berbahagialah... kami yakin kamu bisa dan setelah sampai pada tujuanmu, tebarlah benih-benih harapanmu tentang sebuah keindahan cinta kepada para pecinta agar mereka bisa memaknai arti kata cinta yang sesungguhnya. Dan doakan kami juga, para pecinta, agar kami bisa memurnikan cinta di atas kasih sayang dan tidak dengan nafsu ambisi..."

Impian biarlah tetap terlelap di awan, kita tidak perlu mengusiknya, biarlah dia dengan tenang beristirahat. Perjuangan ini biarkan kita hentikan agar tidak memakan korban lagi, menggerogoti hati kita sedikit demi sedikit hingga nantinya akan terkikis dan habis. Mungkin ini memang yang paling baik dari berbagai pilihan kita yang terbaik.

Kamu merasa kehilangan, begitpun aku. Kamu masih sangat menyayangi aku, begitu juga aku. Tapi memang seperti inilah jalannya, mungkin cinta memang sudah menentukan garis kita; Tidak untuk bersama.
Berbahagia dan tersenyumlah untuk dihari ini dan nanti...

Masih, walau hanya sedikit
berharap kamu tertawa melewati ini
agar aku lega melenggang kaki
mengganti duka dan nyeri

Dengan bernyanyi dan menari
merobek dan membakar lembar usang
tertawa dan bersuka cita
... selamat tinggal

walau bagaimanapun,
aku masih sangat mencintaimu..



Cikarang,
disaat Matahari pagi bersinar pilu.
30 Juni 208


*Persembahan untuk Kartika, perwakilan dari Damar
(Sepasang Pecinta yang berduka ... )

To : Rengganis si Cantik

1

Tolong acuhkan saja tulisan ini, seandainya di setiap kata yang terurai setelah ini hanya merupakan kegombalan semata bagi kamu. Tapi sungguh, semua ini Aku lakukan atas kesadaran hatiku yang mendekati ketulusan dari sebuah cinta, yang sekilas terasa murahan namun bila kamu dapat menangkapnya dan memahaminya, akan kamu rasakan berbagai getaran di setiap perjalanannya. Dan maaf sebelumnya, bila baha-sanya ngaco, tidak beraturan dan bersok-sokan dalam berpuitis, maaf. 

Adalah wajahmu yang memancarkan kesejukan hingga membuat Aku terpesona setiap kali memandangmu, dan senyummu nan menawan membuat Aku terperosok tak berdaya. Sampai Aku memaki diriku sendiri karena tidak bisa menatapmu lebih lama lagi. Di tambah dengan sipuan malu yang terkadang langsung memalingkan wajahmu saat kita beradu pandang (Aku tahu dimata itu tersimpan misteri –-yang harus Aku singkap). Aku ingat, di hari itu, saat mentari masih berbenah diri mempercantik rupa sebelum menjamah pagi dengan hangatnya. Kamu datang dengan sapaan sebuah senyuman yang masih dapat Aku ingat dengan jelas sampai kini. Walau Aku menyadari, Aku bukan yang kamu tuju saat kamu ke tempatku, tetapi lelaki yang berada di seberang pulau yang ingin kamu jumpai dengan suara melalui untaian kabel yang membuat jarak ratusan ribu bahkan jutaan mil terasa dekat. Bagai saling bertatapan sambil bergandengan tangan. Entah berbicara tentang cinta, entah berbicara tentang luka, kerinduan, pengakuan, kesaksian, pengaduan, kegelisahan. Bercanda dengan cinta atau menangis dengan luka, Aku tidak tahu. Aku tidak tahu dan hanya bisa menduga-duga saja. 

Menebak ada rasa senang dan puas di saat itu. Lalu, tiba giliran untukku, dan kita berbincang dan berbincang. Kaku, canggung, dan jantungku berdebar. Kamu ingat, kita hanya berdua saja di tempatku, di luar sepi dan mentari pagi masih belum menampakkan terangnya. Ya, setelah saat itulah Aku mulai dapat mengenalmu, walau belum terlalu dalam, tapi Aku senang karena kamu dapat Aku rindukan di saat Aku berteman sepi. Aku membebaskan kerindukanku padamu berkeliaran karena Aku tidak ingin mengekangnya dan Aku tidak mau membunuhnya. Jadi, Aku membiarkannya. Kadang Aku merindukan senyummu yang indah merekah, pipimu yang merona, matamu yang masih mengundang banyak tanda tanya, wajahmu yang menyejukkan jiwa tertutup rapat kerudung putih, jalanmu yang anggun,… Semoga kamu tidak terusik saat Aku bermain dengan rinduku. Sedikit berkhayal tentang kamu. Kamu tenang saja, khayalanku sehat. Aku belum tahu dan belum berani, apakah Aku diizinkan mendalami kamu dan berbincang berdua tentang cinta. Itu Aku serahkan kepadamu dan pada perputaran waktu. 

Aku disini, harap-harap cemas. Aku yakini ini bukan suatu kesalahan bila Aku punya keinginan besar untuk menyayangimu dan menjadikanmu sebagai seorang kekasih. Karena Aku manusia maka Aku mempunyai hak untuk menyayangi manusia, dan itu kamu. Karena Aku manusia maka Aku juga layak untuk mendapat kasih dan sayang. Dan Aku ingin itu dari kamu. Aku ingin ada yang dapat mendampingiku dan memperdulikanku, melangkah bersama menuju ke kebahagiaan. Terkaanku mengatakan kalau kamu dapat mengantarkan Aku ke kebahagiaan itu. Itupun kalau kamu bersedia mengantarkanku. Tenang saja, kamu tidak perlu takut, karena Aku menyimpan banyak perbekalan untuk perjalanan kita nanti. Aku memiliki cinta dan kasih sayang yang akan kita gunakan nanti setiap saat, karena cinta dan kasih sayangku dapat menjadi penghangat bila kamu kedinginan di terpa angin kesunyian, bisa mencairkan kebekuan hidupmu karena rutinitas keseharianmu. Aku mengantongi ribuan mawar putih yang akan selalu Aku taburi di setiap jalan yang akan kamu langkahi, mawar putih tanpa duri. Jutaan melati selalu siap tersedia menghiasi pembaringan untuk dapat membuat kamu semakin damai saat terlelap… Kamu pasti akan menikmati setiap cinta dan kasih sayang yang Aku suguhkan. 

Cinta yang dapat membuat kamu terbang melayang di iringi peri-peri yang selalu siap dan melayani. Cinta yang dapat memperlakukan kamu dengan kelembutan dan keperdulian yang nyata. Cinta yang menunjukan eksistensinya di keseharianmu. Cinta yang dapat membuat kamu selalu tersenyum di alam nyata maupun di alam mimpi. Cinta yang keharumannya mendamaikan hatimu yang gelisah, mententramkan kegundahanmu, membunuh luka di hatimu, memerangi kerajaan sepi dan memusnahkannya dengan keceriaan dan juga mampu menina-bobokanmu dalam buaian asmara… 

Adalah kamu yang mempesona yang membuat burung-burung berkicau ceracau lebih merdu dari pada biasanya, saat kamu terbangun dari tidur. Bunga-bunga bermekaran lebih cepat dari biasanya, menyambut geliatmu di pagi hari. Sekumpulan bidadari bergegas kembali ke khayangan dan bersembunyi di dalam kelambu, tidak berani menampakkan dirinya di dunia karena merasa malu kecantikannya tersaingi. Matahari tidak berani menampakkan kuasa terangnya dan lebih memilih berada di balik gumpalan awan karena takut melukai tubuhmu dengan panasnya, baru setelah sore hari matahari akan terang-terangan memberikan kemilau pancaran keindahan senja yang merah keemas-emasan, sebagai tanda perpisahan dan harapan perjumpaan di hari esok. Bulan menampilkan purnamanya dan mengajak bintang-bintang untuk bersinar terang serta kemilau seolah ingin menjagamu dari gelap yang mungkin akan mengganggu kamu dengan kesuraman dan kekelamannya. 

Dan adalah kamu juga yang pada akhirnya kini membuat Aku mengerti akan arti keindahan sebuah kesempurnaan. Keindahan yang dapat di rasa dan di tangkap panca indra. Bahkan harummu di kejauhan mampu tercium oleh jiwaku. Entah karena jiwaku terlalu peka terhadap ransangan cinta yang mampu menangkap sinyal dari getaran auramu dan membuat jantungku berdebar, atau entah pendaran ketenangan jiwamu terlalu pekat memancar hingga Aku tidak kuasa untuk tidak menciumnya dan terus mengurungnya di dalam hatiku. Memainkannya dalam pikiranku. Mungkin, Aku tahu ini terlalu cepat. 

Tapi kalau kita berbicara tentang kemungkinan, ya, kemungkinan, bukankan selalu ada kemungkinan-kemungkinan tak terduga yang kita dapatkan? Dan Aku berharap ada kemungkinan baik yang selalu berpihak kepadaku. Ah… sudahlah itu hanya lamunanku dengan sedikit pengharapan. Selalu ada kejutan-kejutan dalam hidup ini, dan kita selalu tidak dapat menduganya, kecuali sedikit. Sebenarnya Aku telah mengumpukan sajak-sajak indah mengenai cinta yang nantinya akan setiap hari kamu terima. 

Sajakku sajak tentangmu dan kekagumanku kepadamu. Serta nyanyian-nyanyian romantis tentang cinta diiringi seribu biola, seribu harpa, seribu piano, seribu cello, seribu saxophon, yang membuat ribuan orkestra. Adapun dua ballerina menari beriringan dengan keanggunan yang tiada tara bak sepasang angsa yang menari berputar-putar di atas air yang tenang mengiringi alunan senandung cinta. Itu semua Aku hadiahkan kepadamu, dengan harapan kamu akan ceria dengannya. Baiklah Aku akan mengakhiri tulisan ini. Tapi akhir dari kalimat ini bukan akhir dari segalanya. Bukankah sudah Aku bilang kepadamu, Aku masih memiliki stok sajak-sajak cinta yang akan membuat kamu terbuai. Tapi apalah artinya kekuatan sebuah kata, bila tidak mewakili jiwa si penulis. Dan tidak ada arti bila kekuatan jiwa tidak dapat di jalankan bersama kenyataan di kehidupan ini. Inilah ungkapan jiwaku tentang kamu dan keinginan-keinginanku. Dan lagi-lagi, kepada kamulah Aku serahkan kembali tentang ini. Apakah kamu menganggap Aku sebagai seorang penggombal atau sejenisnya? Apa Aku kurang kerjaan? Itu kamu yang menentukan! Aku, disini, menanti dan tersenyum… 

Juni - Juli 2005 
- Rengganis si Cantik diambil dari salah satu tokoh gadis manis dan lugu dari Novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan (KPG, 2004).

Surat Cinta 2

1

Hari pertama jantungku berdebar-debar
Saat kamu datang menayapaku
Yang semestinya aku harus berlaku biasa tetapi mengapa aku menjadi berlaku tidak biasa?
Aku harus bagaimana? Dan apa mauku?
Huh, aku jadi tidak mengerti!
capek jantungku berdetak terus memompa kegalauan
Jenuh aku memiliki hati yang lemah terhadap cinta.
Haruskah aku menyalahkan kamu yang telah bersedia untuk aku kenal?
Atau aku harus mencaci maki diriku sendiri atas kebodohanku yang begitu mudah jatuh hati kepadamu?

Cinta, mengapa aku begitu murahan terhadapmu.
Mengumbar dengan mudah perasaan ini dan dengan begitu cepat.
Cinta, mengapa setiap saat aku harus memikirkan cinta?
Padahal masih banyak yang harus aku prioritaskan seperti: keluarga, pekerjaan, masa depan...
Cinta, sungguh benar-benar bodoh hati ini,
yang terlalu bahkan amat terlalu nanar meratapimu
Tolonglah lepas dariku barang satu hari atau dua minggu, biarkan aku memikirkan hal lain agar aku tidak selalu terbuai oleh keindahanmu... cinta...

Aku bersalah, maafkan aku diriku, yang tidak bisa mengontrol rasa cintaku padanya –wanita yang pada hari ini membuat jantungku berdebar-debar tidak biasa.


Malam – dini hari, 14-15 Juli 2005

Surat cinta 1

1

Bias sinar matamu memang memiliki ketenangan sendiri,
dan aku belum bisa mengetahui sepenuhnya
karena disana masih menyimpan berbagai tanda tanya yang sangat sulit untuk aku terka.
Maaf, aku tahu ini begitu singkat dan terkesan mengada-ada,
tapi mata besarmu menantangku untuk menjelajahi hatimu.
Aku tahu, dengan segala kerendahan hati ini,
aku sangat tidak tahu diri hingga aku menaruh hati kepadamu.
Dan (maaf dengan segala ketidaksopananku) aku ingin memilikimu.
Kamu boleh mencerca kelancanganku ini...
Tapi bila kamu memiliki rasa dan keinginan yang sama dengan yang aku ingini,
mengapa tidak bila kita melebur menjadi satu kesatuan?

Bila kamu mau,
aku ingin mendampingimu melihat senja yang memerah memeluk tubuh cakrawala
di tepian pantai yang rindang berpohon kelapa dengan nyanyian-nyanyian camar
yang bercinta diantara pelepah.

Aku juga akan membalut luka-luka masa lalumu dengan segenggam kelembutanku
atau apabila masih kurang
aku akan beri berbukit-bukit kasih sayangku hanya kepadamu.
mmm... mungkin aku memang pandai menggombal,
dan kamu boleh GR,
tapi jujur... aku suka kamu.
Maaf.


Tengah maret 2005