Senja murka,
Membakar jalanan dan gedung-gedung dengan merah merambat masuk underpass,
menyusuri gorong-gorong,
melewati gang-gang kecil yang sesak
dengan pemukiman kumuh tambal sulam
Memerahkan lorong-lorong gelap
dan tempat-tempat hitam
Membunuh dan menguasai kelam
Tak perduli cakrawala merintih minta di jemput
Senja masuk ke dalam kamarku tanpa ketuk
tanpa sapa
Lalu merahnya memasuki kolong tempat tidurku
Masuk ke dalam laci, lemari, sepatu, rak buku
dan berlalu menembus jendela yang setengah terbuka
“Wahai Senjaku yang manis, janganlah kamu merajuk,”
tapi senja tetap memicingkan mata.
Tanda kebencian!
“Senjaku Sayang, tersenyumlah..”
Senja tetap memerah,
Setengah bumi telah di kuasainya
Tujuh puluh persen alam semesta dibuatnya menyerah
Senja telah membuat bencana melahirkan kedukaan manusia,
“Aku akan tetap dengan pendirianku, membakar semua dengan merahku. Akan aku buat kalian tersiksa dan menderita! Inilah ganjaran akibat pengkhianatan kalian semua kepadaku! Karena menodai keindahan dan kehangatanku dengan darah-darah sesama kalian, dengan melacurkan cinta di antara hawa nafsu! Dengan dendam-dendam yang menuaikan airmata..”
Senja pun tetap membara sepanjang masa,
2005
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment