Aduh...
Saudara ini benar-benar blo’on atau emang kepala batu sih. Sudah saya bilang berkali-kali jangan pernah mengharapkan saya, eh masih saja saudara itu ngebuntuti saya. Emangnya saya suka apa di gituin?!
Saudara itu sebenarnya manusia yang memiliki otak atau enggak sih? Harus bagaimana lagi sih bilanginnya ke saudara. Saya kan kemarin sudah jelaskan, bahkan saya jelaskan sejelas-jelasnya kepada saudara bahwa untuk sekarang ini saya tidak ingin menjalin kasih sayang dengan siapapun, apalagi sama saudara. Saudara memang bodoh ya, tolol, goblok!!!
Masih saja saudara mengejar-ngejar saya. Saudara ini mungkin memang tidak punya kepekaan ya, tidak punya rasa malu.
Kejadian yang masih saja berulang, dan terjadi lagi, dan terus terjadi lagi adalah saat saudara berbicara tentang kerinduan. Yang selalu saja setiap saya mau mendengarnya jadi benar-benar muntah. Saudara itu sok, bener-bener sok mengerti tentang kerinduan dan bahkan saudara itu bisa banget mendramatisasinya menjadi begitu terlihat mendalam. Cuih.
Saya itu sebenarnya tidak sudi banget dirindukan oleh siapapun termasuk saudara, manusia yang tidak saya sayangi. Boro-boro sayangi, suka walau sedikit juga enggak.
Sungguh untuk yang terakhir kalinya saya bilang ke saudara kalau rindu-rindu yang saudara ucapkan ke saya itu sangat mengganggu saya. Kehidupan saya jadi tidak tenang, banyak waktu saya terbengkalai dan sia-sia hanya untuk mengurusi saudara yang sok manja, sok kolokan. Emangnya enggak malu apa sama umur?!
Baru tadi pagi ketemu, siangnya bilang kangen. Ditambah suara krang-kring HP saya karena tidak capek-capeknya saudara menelpon saya terus. Memangnya saudara tidak pernah mikir apa saat saudara telepon saya sedang ngapain? Saudara pasti tidak pernah membayangkan saya yang terpaksa menunda makan saya, menunda pekerjaan saya, buru-buru keluar dari kamar mandi karena sedang buang air kecil ataupun besar, langsung terjaga dari tidur, dan masih banyak lagi kegiatan saya yang terganggu karena harus mengangkat HP yang ternyata dari saudara. Oh ya, saya terpaksa buru-buru menyudahi segala aktivitas saya karena yang saya kira itu telepon memang benar-benar penting dan saya tidak pernah berharap saudara yang menelpon saya. Apalagi kalau menelpon hanya untuk sekedar berbasa-basi saja, enggak mutu banget sih. Bikin BT tau.
Sudah dulu, tanganku capek. Lagipula untuk apa juga aku menulis surat ini kepada saudara, manusia idiot yang selalu mengonani otaknya dengan cinta. Cinta yang taik kucing.
Lain kali saya sambung lagi, saya mau tidur. Capek.
Salam Sebal,
Renjani.
Lagi-lagi sekedar iseng.
Akhir maret 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment