Dalam Kenangan

Dalam kenangan Aku kembali ke masa silam.

Menerawangkan kenangan tantang sebuah keinginan yang tanpa di sengaja tercapai. Harapan kosong yang ternyata telah terlanjur menjadi sesuatu yang benar-benar dapat teraih.

Saat malam tidak begitu kelam, bulan penuh tertutup awan tipis, tapi masih dapat menyinari malam, walau tidak benderang.
Saat semilir angin pantai menderu dengan lembut, membelai kulitku yang seketika menjadi begitu menggigil.
Saat desiran ombak sambut menyambut menjamah tepian terasa bagai senandung kesepian.
Saat semuanya menjadi begitu berat untuk di lupakan.

Aku kembalikan fikiranku pada malam itu, malam yang selalu saja Aku anggap sebagai mimpi yang terdalam. Malam yang mengantarkan Aku kepada suatu keadaan yang sampai saat ini masih dapat Aku terima dan tidak dapat Aku anggap sebagai ketidak-beruntungan.
Malam-malam dimana kelelawar lebih berkuasa di bandingkan manusia, kengerian yang lebih terasa di bandingkan rasa aman. Aku sendiri. Menyeret tubuh ini menuju ke suatu tempat yang tidak pernah Aku pikirkan untuk melangkahkan kakiku kesana: tempat terindah untuk bercerita dan bercinta.
Dalam kenangan Aku kembali ke masa silam.

Mengkhayalkan kejadian yang seharusnya tetap berada di dalam khayalan, tetapi bergerak mencuat ke permukaan dan menjadi kisah nyata yang ternista.
Menerobos ke dunia nyata dan menyisakan bekas langkah terseret berderet bereretan, yang terus menerus menyambung.

Khayalan, begitu berbahayanyakah engkau khayalan? Memberontak untuk tidak terus-menerus menjadi khayalan tetapi menjadi kenyataan.
Hingga kesadaranku di lumpuhkannya.
Hingga Aku pasrahkan semuanya pada keadaan.

Malam dengan dingin yang membuat kehangatan adalah jawaban, malam dengan sepi dan sunyi dan menjadikannya sebuah kesempatan.
Aku bertemu denganmu. Yang Aku tidak begitu mengenal kamu, begitu pun kamu, yang mengenalku hanya di malam itu. Bahkan Aku tidak dapat membayangkan wajahmu dengan jelas karena selimut malam membuat semuanya menjadi remang-remang.
Senyuman yang berubah menjadi sapaan,
dan berubah menjadi obrolan,
dan berubah menjadi cerita,
dan berubah menjadi canda,
dan berubah menjadi tawa,

dan berubah menjadi sentuhan,
dan berubah menjadi rangkulan,
dan berubah menjadi pelukan,
dan berubah menjadi dekapan,
dan berubah menjadi ciuman,

dan berubah menjadi cumbuan,
dan berubah menjadi pemburuan nafas,
dan berubah menjadi senggamaan,
dan berubah menjadi erangan,

dan berubah menjadi jeritan,
dan berubah menjadi kenikmatan,
dan berubah menjadi…

Dalam kenangan Aku kembali ke masa silam!


Tengah Oktober 2005