Hari Ini Tidak Ada Cinta

0


Aku masih disini, di tempat ini, dan tetap sendiri. Tidak, tidaklah asing.
Dulu, mungkin aku memang merasakan demikian. Tapi tidak halnya dengan sekarang ini.
Aku malahan merasa biasa saja, tidak merasakan apa-apa.
Tidak ada yang perlu di jadikan alasan untukku menderita.
Toh penderitaan datang bukan karena ada dimana aku sekarang bernaung, tetapi bisa saja datang disaat saat yang memang tidak bisa aku elakkan kehadirannya.
Mendekat lalu mencengkram dan menusuk dengan kuku-kuku tajamnya.

Memang tidak mematikan, tetapi menyisakan luka yang akan selalu membekas di sepanjang hidupku.

Menyedihkan? Tidak! Tidaklah menyedihkan.
Karena kesedihan adalah keseharianku.
aku makan dan minum dengan segala macam kesedihan yang disebabkan oleh segala macam penderitaan itu sendiri.
Setiap kali teringat dengan yang namanya kebahagiaan, aku selalu teringat dengan satu kalimat yang akan selalu tertera secara jelas di dalam sanubari ini: aku memang sendiri!

Aku akan tetap menjadi yang sekarang ini, dengan atau tanpa orang yang mau bersebelahan dengan tubuh ini.

Termasuk kamu, hai kekasih. Aku tidak memaksakan kamu untuk selalu mengikutiku, harus selalu ikut dengan cara-caraku.
Aku juga membebaskan kamu untuk mengikuti alur kehidupan kamu sendiri.
Tanpa takut aku akan meninggalkanmu.
Ya, aku memang sangat mencintaimu, bahkan dengan sepenuh hati ini.
Tapi kamu manusia bebas, sama seperti ku. Ada atau tidak adanya kamu di kehidupanku tidak akan ada pengaruh yang sangat berarti.
Aku matirasa untuk hal ini.

Selalu ada saja kejadian-kejadian yang selalu akhirnya menjadikan teka-teki yang tidak bisa aku jawab, walau aku sudah mencari-carinya di lembar-lembar buku diberbagai penjuru perpustakaan di bumi ini.
Bertanya dan hanya mendapat jawaban gelengan kepala, bahkan tidak jarang orang itu langsung pergi tanpa kata dan senyuman.
Pada akhirnya aku masa bodo dan mungkin persetan dengan itu semua.
Aku tidak mau memusingkan diri dengan memikirkan perlakukan buruk setiap orang yang memang tidak pernah menghargai saya.
Lagipula siapa diriku dimata mereka, hah, lagi-lagi aku tidak perduli.

Kesendirian, kesendirian yang aku rasakan tidak seperti hantaman keras karena kini aku hanya bisa menikmatinya dengan merasakan kenikmatan disetiap jejaknya.
Sama seperti rasa luka yang lama bersemayam di dalam jiwa ini, ia akan aku kumpulkan hingga sampai saatnya tiba aku akan membunuh setipa jiwa-jiwa yang ingin menggangguku dengan kekuatan luka yang sangat besar.
Lihat saja.


2003

0 comments: