Mawar dan Tukang Kebun

0


Kelopak-kelopak mawar itu
perlahan mulai mencuat lembut.
Dengan perlahan dan pasti
menimbulkan gerakan-gerakan seperti penari
yang meluncur di atas es.
Kelopak yang berjuang untuk bermekaran itu terus menari
dengan kehalusannya
Sedikit demi sedikit menebar kilau merah yang memukau
– dan tentu saja dengan harumnya yang binal,
yang membuat kupu-kupu tergoda.
Kelopak itu mendekati kesempurnaan dalam mekarnya
membuka lipatannya dengan teratur,
berpelukan erat seakan saling menjaga dan tidak ingin terpisahkan
Sempurna, indah, mewangi,
akhirnya kelopak itu menjadi mawar yang terkembang utuh,
indah dalam kesempurnaannya
Merahnya memendarkan keharuman,
tubuhnya memukau
Sungguh-sungguh menggoda…

Creess,…
Tapi sayang,
Keindahannya hanya sesaat,
kelopak yang telah menjadi mawar tersebut merana,
karena tukang kebun itu memotong tangkainya dengan gunting.
Dan kemudian di kumpulkan bersama yang lainnya
di dalam keranjang berwarna jingga
Kelak kamu akan menemuinya di emperan-emperan toko
yang menjual aneka bunga-bungaan.
Mungkin juga kamu pernah membelinya
Sayang keindahan itu hilang kesempurnaannya
Bahkan menjadi hina dina,
Karena dengan hanya Rp. 5000,- kita dapat memilikinya
Memiliki keindahan tanpa kesempurnaan
Huh, dasar tukang kebun…


2005

0 comments: