Maaf, kawan!

0

Maafkan kami kawan, seharusnya airmata itu tidak keluar dari mata tajammu. Mata itu seharusnya tetap terang menyala agar tetap bisa menerangi langkah kami dalam menapaki kehidupan yang kadang remang dan kadang gelap..
Mata itu, mata yang seharusnya tetap membakar tapi mengapa dihari ini meredup dan mengeluarkan air-air cinta? Dan airmata itu sudah cukup membuat jiwa kami (juga) menangis. Kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa kami sudah terlalu banyak dan kami terlalu mementingkan diri kami sendiri. Kami terlalu menuruti hawa nafsu kami. Hingga kami melupakan siapa diri kami ini dan siapa kita ini.
Maafkan kami kawan, jiwa kekanak-kanakan telah menguasai kami hingga kami menjadi kerdil dan melupakan usia kami yang sesungguhnya.
Terima kasih untuk sentuhan airmatamu kawan. Dengannya kami makin tersadarkan bahwa perjuanganmu memang sungguh sudah sangat jauh untuk kami. Segalanya kau korbankan untuk kami kawan, tapi tidak sedikitpun kau meminta pamrih dari kami. Tidak terhitung kepingan-kepingan rupiah kau keluarkan untuk masa depan kami. Tidak bisa terukur tenaga yang kau peras untuk kepentingan kami tanpa kau pikirkan kau dapat apa. Kau peras pikiranmu hanya untuk memikirkan kami, bagaimana masa depan kami. Kepedulianmu melebihi orangtua kami kawan, kecintaanmu terhadap kami sungguh
Maafkan kami kawan. Maafkan…

0 comments: